TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Diabetes Mellitus
2.1.1.
Pengertian
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau disebut juga dengan kencing
manis adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi.
Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
menyebabkan tumpahan glukosa ke dalam urin, sehingga muncul istilah kencing
manis. Darah selalu memiliki beberapa glukosa karena tubuh membutuhkan glukosa
untuk energi. Tapi terlalu banyak glukosa dalam darah tidak baik untuk
kesehatan.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif
yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada
sekresi insulin di dalam tubuh. Jika kadar gula darah tidak terkontrol maka
akan menyebabkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang pada penderita.
Bahkan, parahnya lagi bisa menyebabkan kematian (Krisnatuti, dkk, 2014)
Glukosa berasal dari makanan yang
dimakan dan juga dibuat dalam hati dan otot. Darah membawa glukosa ke semua sel
dalam tubuh. Insulin adalah zat kimia (hormon)
yang dibuat oleh pankreas. Pankreas melepaskan insulin ke dalam darah. Insulin
membantuk glukosa dari makanan masuk ke dalam sel tubuh. Jika tubuh tidak
membuat cukup insulin atau jika insulin tidak bekerja sebagaimana mestinya,
glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh. Akibatnya, glukosa ini tetap
berada dalam darah.
Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme
karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) dan
adanya glukosa dalam urin (glukosuria). Penyebab penyakit diabetes mellitus
adalah kegagalan pankreas mensekresi insulin (Widowati, dkk., 1997)
Diabetes mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah salah satu gangguan
kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam
tubuh penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan
glikosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak akibatnya glukosa bertumpuk
dalam darah ( hiperglikemia) dan akhirnya di ekskresikan lewat kemih tanpa
digunakan (glukosuria). Karena itu, produk kemih sangat meningkat dan pasien
harus sering kencing, merasa sangat haus, berat badan menurun, dan terasa lelah
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Diabetes melitus berhubungan dengan kekurangan insulin absolut atau relatif.
Suatu kekurangan insulin absolut terjadi jika pankreas tidak berfungsi lagi
untuk mensekresi insulin, sedangkan suatu kekurangan insulin relatif terjadi
jika produksi insulin tidak sesuai dengan kebutuhannya sehingga kerja insulin
pada sel yang dituju diperlemah oleh antibodi insulin, jumlah reseptor insulin
pada organ yang dituju berkurang atau cacat reseptor insulin (Mutschler, 1986).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
syaraf, jantung dan pembuluh darah. Sedang sebelumnya World Health Organization
(WHO) 1980 menyebutkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin (Soegondo, dkk., 2005).
2.1.2. Penyebab Diabetes Mellitus
Kurangnya produksi insulin (baik
mutlak atau relatif terhadap kebutuhan tubuh), produksi insulin yang cacat
(yang jarang), atau ketidakmampuan sel untuk menggunakan insulin dengan benar
dan efisien menyebabkan hiperglikemia
dan diabetes. Jadi, ketika orang dengan diabetes makan glukosa, yang ada pada
makanan seperti roti, buah sereal, dan sayuran berpati, kacang-kacangan, susu,
yoghurt, dan permen, tidak dapat dikonversi menjadi energi. Bukannya berubah
menjadi energi, glukosa tetap ada dalam darah. Inilah sebabnya mengapa kadar
glukosa darah lebih tinggi pada orang dengan diabetes.
Tanpa insulin, sel-sel menjadi
kekurangan energi glukosa meskipun kehadiran glukosa berlimpah dalam aliran
darah. Dalam beberapa jenis diabetes, ketidakmampuan sel untuk memanfaatkan glukosa
menimbulkan situasi ironis “kelaparan di tengah-tengah melimpahnya glukosa”
karena glukosa berlimpah yang belum digunakan harus diekskresikan ke dalam
urin.
Faktor keturunan dan gaya hidup
berpengaruh pada peningkatan resiko diabetes. Orang-orang yang memiliki resiko
tinggi adalah saudara kandung dari mereka yang menderita diabetes tipe 1,
anak-anak yang orang tuanya terkena diabetes tipe 1, orang-orang yang memiliki
riwayat keluarga terkena diabetes, mereka yang kelebihan berat badan, kurang
berolahraga, atau pada wanita yang memiliki bayi yang beratnya lebih dari 4,5
kg ketika melahirkan.
2.1.3. Gejala
Diabetes Mellitus
Penyakit
kencing manis atau diabetes melitus memiliki gejala awal yang ditandai
dengan meningkatnya kadar gula dalam darah hingga diatas 160-180 mg/dL. Kadar gula
dalam darah yang tinggi akan membuat ginjal membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang akibat banyaknya glukosa yang
dikeluarkan melalui air kemih.
Akibatnya,
penderita diabetes melitus sering buang air kecil / kencing (poliuri) dan penderita diabetes
juga mudah merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Banyaknya glukosa
yang ke luar juga menyebabkan penderita penyakit diabetes mellitus seringkali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Gejala
lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh
selama melakukan olah raga. Penderita diabetes mellitus yang gula darahnya
kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Seringkali, orang terkena
diabetes tetapi tidak menyadarinya. Hal ini dikarenakan gejala-gejalanya tampak
tidak berbahaya. Namun sebelum Anda didiagnosa diabetes parah dan semakin besar
kemungkinan terjadi komplikasi serius, gejala-gejala diabetes berikut bisa
menjadi peringatan untuk menjalani hidup lebih sehat.
2.1.3.1. Gejala
Diabetes yang paling umum :
- Sering buang air kecil.
- Rasa haus lebih sering.
- Sering merasa lapar.
- Berat badan cepat turun.
- Peningkatan kelelahan.
- Sifat lekas marah.
- Penglihatan kabur.
- Luka dan memar tidak sembuh dengan
baik atau dengan cepat.
- Infeksi sulit sembuh.
- Kulit Gatal.
- Gusi berwarna sangat merah
dan/atau bengkak/gusi menadik diri dari gigi.
- Sering penyakit gusi/infeksi.
- Disfungsi seksual pada pria.
- Mati rasa atau kesemutan, terutama
di kaki dan tangan.
2.1.4. Jenis-Jenis Diabetes
Orang bisa mendapatkan diabetes pada
usia berapapun. Ada tiga jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1, diabetes
tipe 2 dan diabetes kehamilan (diabetes gestasional).
1.
Diabetes Tipe I
Diabetes
tipe 1 atau disebut diabetes anak-anak atau insulin dependent diabetes,
biasanya pertama kali didiagnosis pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda.
Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas tidak lagi membuat insulin
karena sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan mereka, pankreas
mengalami suatu serangan autoimun oleh tubuh sendiri.
Pada
penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh secara
keliru memproduksi antibodi dan sel-sel inflamasi yang diarahkan melawan dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan pasien tubuh sendiri. Kecenderungan untuk
mengembangan antibodi abnormal pada diabetes tipe 1 diyakini merupakan warisan
genetik, meskipun rincian tidak sepenuhnya dipahami.
Pengobatan
untuk diabetes tipe 1 mencakup suntikan atau menggunakan pompa insulin, membuat
pilihan makanan yang bijaksana, aktif secara fisik, minum aspirin setiap hari
(untuk beberapa kasus), dan mengontrol tekanan darah dan kolesterol. Pasien
dengan diabetes tipe 1 harus bergantung pada obat insulin untuk bertahan hidup.
2.
Diabetes Tipe II
Diabetes
tipe 2 atau disebut diabetes dewasa atu noninsulin-dependent diabetes, adalah
bentuk paling umum dari diabetes. Bentuk diabetes biasanya dimulai dengan
resistensi insulin, suatu kondisi dimana lemak, otot, dan sel hati tidak
menggunakan insulin dengan benar.
Kelebihan
berat badan dan tidak aktif secara fisik dapat meningkatkan kemungkinan terkena
diabetes tipe 2. Pengobatan termasuk menggunakan obat diabetes, membuat pilihan
makanan yang bijaksana, secara fisik aktif, minum aspirin setiap hari, dan
mengontrol tekanan darah dan kolesterol.
3.
Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional adalah
diabetes yang diderita beberapa wanita selama tahap akhir kehamilan. Meskipun
ini bentuk diabetes, biasanya akan hilang setelah bayi lahir, namun wanita ini
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan diabetes tipe 2
dikemudian hari. Diabetes gestasional disebabkan oleh hormon kehamilan atau
kekurangan insulin.
2.1.5 Dampak Diabetes Terhadap Tubuh
Seiring waktu, diabetes dapat
menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf. Jenis kerusakan adalah
akibat kerusakan pembuluh-pembuluh kecil, disebut sebagai penyakit
mikrovaskuler. Diabetes juga merupakan faktor penting dalam mempercepat
pengerasan dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), menyebabkan stroke,
penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah besar lainnya, atau yang
disebut penyakit makrovaskuler.
Kerusakan saraf akibat diabetes
sering menyerang tangan dan kaki. Gejala-gejala kerusakan saraf antara lain
mati rasa, rasa geli, panas atau sakit pada kaki dan betis, dan kadang-kadang
di tangan. Kerusakan saraf juga bisa menyebabkan impotensi. Pengendalian yang
baik terhadap gula darah dapat membantu menunda komplikasi. Lakukan pemeriksaan
kesehatan secara teratur ke dokter. Menemukan masalah sedini mungkin merupakan
cara terbaik untuk mencegah komplikasi tidak semakin berat.
Waspadai jika muncul tanda-tanda
peringatan komplikasi seperti penglihatan kabur, merasa letih atau warna kulit
memucat, obesitas, mati rasa atau kesemutan di tangan dan kaki, sering terjadi
infeksi dan luka yang lama sembuhnya, sakit di dada, vagina gatal-gatal, atau
sakit kepala tak kunjung sembuh.
2.1.6.
Pengobatan Diabetes Mellitus
Cara penangan dan pengobatan penyakit diabetes mellitus menurut Dr. Nabyl
(2009). Diantaranya adalah dengan mengkonsumsi makanan seimbang, diet sehat,
dan olahraga. Pengobatan dengan terapi insulin adalah jalan pengobatan terhadap
penderita penyakit diabetes dalam arti lain terapi insulin adalah penyuntikan
insulin ke dalam tubuh hanya dilakukan terhadap pasien diabetes tipe 1 atau
tipe 2 yang sudah akut. Selain dengan cara diatas kita dapat menggunakan cara
terapi insulin yaitu :
1. Insulin
Dasar.
Yaitu insulin yang diproduksi
pankreas untuk mengontrol tingkat glukose di antara jam makan (pada saat tubuh
tidak sedang makan) dan pada malam hari (waktu tidur) atau ketika tubuh
dalam keadaan puasa (tidak menerima makanan dan minuman).
2. Insulin
Bolus (Boluses Insulin).
Yakni Insulin yang diproduksi pada
saat tubuh sedang menerima makanan minuman (ketika seseorang sedang
makan-minum). Insulin ini diproduksi sesuai dengan banyaknya glukose yang
diterima tubuh di tengah-tengah aksi makan dan minum.
Adapun
pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
- Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
- Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya.
- Aktifitas harian penderita.
- Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya.
- Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
Insulin adalah hormon yang di produksi oleh sel beta pulau
Langerhans kelenjarpankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino ke dalam
sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein.
insulin meningkatkan penyimpangan
lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai energi indikasi terapi dengan
insulin :
- semua penderita diabetes tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada. Penderita diabetes tipe 2 tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
- keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
- diabetes gestasional dan penderita diabetes yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
- ketoasidosis diabetik.
- hiperglikemik hiperosmolar non ketotik. Penderita diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat.
- gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
- kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.
Berdasarkan
lama kerjanya, insulin di bagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin
Kerja Singkat adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin atau CZI). Dua macam
insulin CZI, yaitu dalam bentuk netral dan asam. Preparat yang ada antara lain:
Actrapit, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini di berikan 30 menit sebelum
makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan efeknya dapat bertahan sampai 8
jam
2. Insulin
Kerja Menengah adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard, Insulatard.
Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5-2,5 dengan 24 jam.
3. Insulin
Kerja Panjang merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan
lambat dari tempat sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24-36
jam.
4. Insulin
Infasik(Campuran) merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah.
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih
efisien dan tepat karena di dasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu
itu. Gula darah di periksa setiap 6 jam sekali.
Cara
memasukkan insulin ke dalam tubuh dilakukan dengan :
1.
Injeksi Berkala
Injeksi berkala maksudnya menyuntikkan cairan insulin ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik (syringe). Penyuntikan dapat dilakukan penderita
diabetes sendiri atau dibantu orang lain. Karena dilakukan secara berkala dan
ditentukan manual, diperlukan hitung- hitungan waktu penyuntikan dan dosisnya.
Normalnya, penyuntikan dilakukan pada waktu sedang makan. Penyuntikan juga
dapat disasarkan masuk kedalam jaringan tubuh atau otot, dibawah kulit saja,
atau pula langsung ke pembuluh darah.Sasaran suntikan juga menentukan kecepatan
reaksi yang diinginkan.
2. Pompa
Insulin
Pompa insulin terdiri atas sebuah
kotak (seukuran kotak rokok, i-pod, PDA) yang di dalamnya berisi chip komputer,
baterai, dan wadah insulin. Alat ini memiliki memiliki saluran yang pada
ujungnya melekat jarum suntik. Insulin dipompakan secara berkala menurut
pengaturan chip komputer yang sudah diprogram, sedangkan ujung jarum suntik
tetap tertancap pada kulit atau pembuluh darah dan dipertahankan tetap pada
tempatnya di sana dengan bantuan plester. Wadah dan pompa insulin dapat
menyimpan insulin untuk beberapa hari. Kemudian pompa insulin harus di isi
kembali. Dibandingkan dengan penyuntikan manual secara berkala, pemakaian pompa
insulin relatif lebih praktis, walaupun tetap ada kelemahan yang sama, yaitu
bahwa dosis dan waktu pengasupan insulin ke dalam tubuh tidak persis sempurna
sesuai kebutuhan tubuh. Setidak-tidaknya pompa insulin dapat juga menghindarkan
pasien dari kesakitan dan kerusakan jaringan tubuh akibat di suntik
berulang-ulang sepanjang masa.
3.
Kombinasi Intensif
Injeksi berkala dan penggunaan pompa
insulin dapat di kombinasikan. Idealnya, pompa insulin distel tetap
memompakan insulin (Insulin Dasar) secara berkala, meskipun pasien sedang
tidur atau tidak melakukan aktifitas makan, sedangkan injeksi berkala
(Insulin Bolus) dilakukan ketika pasien maka lebih banyak dan beragam atau
makan tidak tepat pada waktunya makan (melanggar program chip komputer).
2.2. Pengertian Tuberculosis (TB)
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman
mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer (Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium
tuberculosis, (Smeltzer, 2002). Dapat menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang
menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.
2.2.1. Klasifikasi Penyakit Tuberculosis
1. TBC Paru
Tuberculosis
yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleora (selaput paru). Berdasarkan
hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi dalam:
·
TBC
Paru BTA (+)
·
TBC
Paru BTA (-)
2.
TBC Ekstra Paru
Tuberculosis
yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya: pleura (selaput paru),
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendihan, kuilit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat kepercayaannya.
TBC
Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:
§ TBC Ekstra Paru Ringan
Misalnya : TBC
kelenjar limfe, pleuritis eksudative unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
§ TBC Ekstra Paru Berat
Misalnya : Meningitis,
Perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran Kemih dan
alat kelamin.
2.2.2 Patofisiologi
Penyakit Tuberculosis
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk
memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh
darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya. Sistem imun tubuh berespon
dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit
specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan
penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia. Massa
jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati)
dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian
sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan
bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut (Smeltzer, 2001).
2.2.3. Agent, Host dan
Environment Penular Penyakit Tuberculosis
Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu
penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent),
penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut
segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut
digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit
pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai
penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam
keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan
keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya tahan
tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat sehingga
seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau
lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi
lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat
maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi
cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan sakit, pada
prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :
·
Agent
Mycobacterium
tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk
dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah
penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih
terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae,
Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai
Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz,
1993).
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis
hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar
matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar
0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman
tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa
sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan
mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api
(Atmosukarto & Soewasti, 2000).
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati
dalam waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi
selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta
oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya
bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan
kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan
merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.
Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri
patogen termasuk tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang
disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C,
tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C. Pengetahuan mengenai
sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit,
sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan berkembang biak, kematian agent
atau daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.
Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila
penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi
syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu
agar penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan
virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit pada host. Pathogenitas agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya
bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama pathogenitas kuman
tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan
suatu mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembang biak didalamnya.
Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada
tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host.
Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis paru termasuk tingkat
tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu saja.
·
Host
Manusia merupakan reservoar untuk
penularan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui
droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15
orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991),
menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita
cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang
di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang
terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan
pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan
(2000), didapatkan data bahwa Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan
keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Besar resiko terjadinya
penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali
dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi
karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala
dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara
lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan
gaya hidup. Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
anthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent
menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman
tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam
penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan
penyakit tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan buatan), status
gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.
·
Environment
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup,
nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua
elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik, lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis (dataran tinggi
atau rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara, temperatur atau suhu,
lingkungan tempat tinggal.
Adapun lingkungan non fisik meliputi; sosial, budaya,
ekonomi dan politik yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit.
2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Penyakit Tuberculosis
Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk
lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini:
· Faktor Sosial Ekonomi.
Disini
sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan
perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan
TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
·
Status
Gizi.
Keadaan
kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
·
Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering
ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan
terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih
tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit
TB-Paru.
·
Jenis
Kelamin.
Penyakit TB-Paru cenderung lebih
tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO,
sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang
meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih
banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat
proses kehamilan dan persalinan.
Pada jenis kelamin laki-laki
penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga
dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan
agent penyebab TB-Paru.
2.2.5. Cara Penularan
Penyakit Tuberculosis
Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak
(droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada
waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung
kuman TB dapat bertahan di udara selama beberapa jam, sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh
kuman, percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas
atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahaknya maka makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
2.2.6. Gejala
Penyakit Tuberculosis
· Batuk : Terjadi karena
adanya infeksi pada bronkus. Dimulai dari batuk kering kemudian setelah
timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada
keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
o
Sesak
nafas (Dyspnea) : Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
o
Nyeri
dada : Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis).
o
Demam
: Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman yang
masuk.
o
Malaise (keadaan
lesu) : Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), berat badan
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
2.2.7. Diagnosa Penyakit
Tuberculosis
Yang menjadi petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto
rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak
teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura
atau pembesaran jantung (perikarditis).
Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:
Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein
yang berasal dari bakteri tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di
lengan). 2 hari kemudian dilakukan pengamatan pada daerah suntikan, jika
terjadi pembengkakand an kemerahan, maka hasilnya adalah positif.
Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang
terinfeksi. Dengan ebuah jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi
atau sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh
jaringan yang terinfeksi.
Untuk memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis,
dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) terhadap cairan
serebrospinalis.
Untuk memastikan tuberkulosis ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air kemih penderita atau pemeriksaan rontgen dengan zat warna khusus untuk menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal yang disebabkan oleh tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa tersebut untuk membedakan antara kanker dan tuberkulosis.
Untuk memastikan tuberkulosis ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air kemih penderita atau pemeriksaan rontgen dengan zat warna khusus untuk menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal yang disebabkan oleh tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa tersebut untuk membedakan antara kanker dan tuberkulosis.
Untuk memastikan diagnosis tuberkulosis pada organ
reproduksi wanita, dilakukan pemeriksaan panggul melalui laparoskopi. Pada
kasus-kasus tertentu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap contoh jaringan hati,
kelenjar getah bening atau sumsum tulang.
2.2.8. Pencegahan
Penyakit Tuberculosis
Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan
berpola hidup yang sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu
diharapkan daya tubuh seseorang akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan
terhadap berbagai macam penyakit. Orang yang benar-benar sehat meskipun ia
diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan mempan dan tidak akan menimbulkan
gejala TBC.
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup,
minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa
sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis
virulen.
2.2.9. Pengobatan
Penyakit Tuberculosis
Jenis dan dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :
a. Isoniazid
(H)
Isoniazid (dikenal dengan INH)
bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif,
yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa
neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat
dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan
dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH
dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin
(R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman semi-dorman (persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual,
reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau
jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga
atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid
(P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid
adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin
(S)
Bersifat bakterisid, efek samping
dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e. Ethambutol
(E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol
dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman
penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.
terimakasih artikelnya sudah membantu, salam sukses
BalasHapus