BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Amalgam
Sejak 1850 amalgam telah digunakan lebih dahulu dari berbagai macam bahan restorasi gigi lain di praktik kedokteran gigi. Amalgam adalah jenis logam campur khusus yang mengandung merkuri sebagai salah satu konstituennya. Karena merkuri bersifat cair dalam temperatur kamar, merkuri dapat dicampur dengan logam lain yang padat.1-4,19
Ketika bubuk aloi dan liquid merkuri di campur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu-abu. Proses ini disebut amalgamasi.1,3,19
2.2 Klasifikasi Dental Amalgam
American Dental Association (ADA) Spesification No.1 mengharuskan logam campur amalgam mempunyai kandungan utama dari perak dan timah. Unsur-unsur lain seperti tembaga, seng dan merkuri dalam jumlah yang tidak ditentukan, dibolehkan ada dalam konsentrasi kurang daripada konsentrasi perak atau timah.1,2,5
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan kandungan tembaga, seperti:4,5
a.     Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga
b.    High Copper Alloys : mengandung lebih dari 6% tembaga
High copper alloys dapat diklasifikasikan lagi menjadi admixed alloy powder yang merupakan campuran spherical silver alloy dengan lathe-cut alloy dan single composition (unicompositional) bubuk aloi yang tiap partikelnya memiliki partikel yang sama.
2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu:4,5
a.     Zinc-containing alloy ; mengandung lebih dari 0.01% zinc
b.    Zinc-free alloy ; mengandung kurang dari 0.01% zinc
3. Berdasarkan bentuk partikel aloi, seperti:4,5
a.     Lathe cut alloys, bentuknya tidak teratur seperti pada gambar 1a
b.    Spherical alloys, bentuknya bulat seperti pada gambar 1b

c.     Spheroidal alloys
Gambar 1a. Partikel alloy Amalgam

lathe-cut (100x)
Gambar 1b. Partikel alloy Amalgam
Spherical (500x)
4. Berdasarkan jumlah aloi, yaitu :4,5
a.     Binary alloys, terdiri dari logam silver dan tin.
b.    Ternary alloys, terdiri dari logam silver, tin dan copper.
c.     Quartenary alloys, terdiri dari logam silver, tin, copper dan indium.
5. Berdasarkan ukuran dari aloi, yaitu:5
a.     Microcut, yaitu aloi dengan ukuran kecil
b.    Macrocut, yaitu aloi dengan ukuran besar
2.3 Fungsi Unsur-Unsur Dalam Amalgam
Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut:4,8,12
1.      Perak
a.       Meningkatkan strength
b.      Meningkatkan setting expansion
2.      Timah
a.       Mengurangi strength dan hardness
b.      Mengurangi ekspansi
c.       Meningkatkan setting time
3.      Tembaga
a.       Meningkatkan strength dan hardness
b.      Menghambat pembentukan fase gamma 2
c.       Mengurangi tarnish dan korosi
d.      Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi
4.      Zink
a.       Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun timah.
b.      Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper
5.      Palladium
a.       Mengurangi korosi
6.      Indium
a.       Meningkatkan strength
b.      Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c.       Mengurangi terjadinya kerusakan marginal
2.4       Reaksi Pengerasan Amalgam
Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah aloi dan merkuri dicampur. Pencampuran  ini menyebabkan lapisan luar partikel aloi larut dalam merkuri dan membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah sebagai berikut:2,19
    Ag3Sn    Hg                              Ag3Sn +  Ag2Hg3 +  Sn(7-8)Hg
γ     +  merkuri                         γ     +       γ1        +         γ 2
   powder          liquid                           aloi yang tidak  matriks bereaksi

Ketiga fase γ ini memiliki peranan dalam mengatur sifat amalgam. Komponen yang paling kuat adalah γ, dan yang paling lemah adalah γ2. Oleh karena itu γ2 lebih rentan terhadap korosi.2,4,19
Menurut ANSI/ADA spesification no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai setelah 24 jam pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang cukup akan mencegah terjadinya ekspansi maupun kotraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.2,5
Pada high cooper amalgam, tembaga akan terdistribusi secara merata. Peningkatan kandungan tembaga dalam aloi akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga untuk amalgam tipe high cooper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:2,5
γ2   +   AgCu                           Cu6Sn5    +   γ1

Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau sedikit mengandung fase γ2.2,5
2.5 Sifat Fisis dan Mekanis Amalgam
2.5.1    Creep
            Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. ANSI/ADA spesification no.1 agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan dibagian tepi dibandingkan dengan yang tinggi tembaga.1,4,5
2.5.2    Kekuatan Kompresi
            Kekuatan kompresi adalah sifat yang paling menonjol dari amalgam. Karena amalgam paling tahan lama terhadap tekanan daripada tarikan, maka desain preparasi kavitas harus memaksimalkan fungsi compresive strength dan meminimalkan tarikan. Kekuatan kompresi amalgam tipe high cooper alloy adalah 250 Mpa setelah satu jam. Angka kekuatan kompresi yang tinggi setelah satu jam pemanipulasian merupakan kelebihan amalgam, yang berarti semakin kecil kemungkinan amalgam untuk fraktur ketika pertama kali ditempatkan ke dalam kevitas sebelum amalgam mencapai final strength.2,4,5
2.5.3    Tensile Strength
            Tensile strength amalgam setelah 15 menit pemanipulasian untuk high-cooper amalgam adalah 75-175% lebih tinggi dibandingkan amalgam tipe lain. Angka ini mengindikasikan ketahan fraktur terhadap fraktur yang disebabkan oleh tekanan pengunyahan yang lebih baik dibandingkan amalgam tipe lain.2,5
Tabel 1. Tensile strength dari fase-fase amalgam2
Fase
Tensile Strength (Mpa)
γ
170
γ1
30
γ2
20
Amalgam
60

2.5.4    Perubahan Dimensional
            Amalgam modern yang diproses dengan amalgamator biasanya tidak memiliki perubahan dimensional. Menurut ANSI/ADA spesification No.1 perubahan dimensional amalgam yang terjadi antara 5 menit dan 24 jam kurang lebih sebesar 20µm/cm. Kontraksi yang terjadi pada 20 menit pertama berhubungan dengan merkuri pada partikel aloi. Dimensi amalgam mulai konstan setelah 6-8 jam, dan mencapai puncaknya setelah 24 jam.2,4,5
2.5.5    Korosi
            Amalgam mengalami korosi di dalam mulut. Proses korosi biasa dihubungkan dengan fase gama dua (γ2), karena fase γ2 lebih bersifat elektronegatif dibandingkan fase γ dan γ1.11 Ketika fase γ2 bereaksi dengan cairan yang bersifat elektrolisis maka fase γ2 akan bertindak sebagai anoda dari oksidasi sel dan terlarut perlahan-lahan.2,4,7


2.5.6    Kekerasan Permukaan
            Kekerasan biasa digunakan sebagai indikasi dari kemampuan suatu bahan menahan suatu goresan. Kekerasan juga digunakan sebagai indikasi dari resistan terhadap abrasi.2
            Umumnya metode yang biasa digunakan untuk pengukuran kekerasan adalah Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop hardness test.2,5,10 Pada penelitian ini akan digunakan metode Vickers Hardness Test.
1.      Vickers Hardness Test
Vickers hardness test dilakukan dengan cara menekankan diamond indenter ke material yang akan diuji.2,5 Indenter berbentuk piramida dengan basis berbentuk persegi dan sudut 136º antara sisi yang berlawanan dan beban sebesar 1-120 kgf.12 Beban ditekan selama 10-15 detik. Indentasi akan meninggalkan bekas pada material yang diuji berupa dua garis diagonal dan diukur dengan menggunakan mikroskop.
Nilai Vickers Hardness diperoleh dengan rumus:10
Keterangan:
F= beban dalam kg
D= jumlah aritmatika dari dua diagonal d1 dan d2 (mm)

Gambar 3. Prinsip uji kekerasan vickers10
2.6       Pemanipulasian Amalgam
            Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan aloi amalgam dengan merkuri yang disebut dengan proses amalgamasi. Rasio bubuk aloi amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1.2,4
            Proses selanjutnya adalah triturasi yaitu pengadukan powder dengan liquid yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortal dan pastel maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam.4,5
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan kedalam kavitas menggunakan amalgam carrier kemudian dilakukan dengan proses kondensasi mempergunakan amalgam stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam tetap rapat satu sama lain dan masuk kesegala arah dalam kavitas. Sehingga terdapat kepadatan dental amalgam. Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan dapat menyebabkan porositas pada amalgam.4,5,17
            Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan segera setelah kondensasi. Jika terlambat dilakukan maka akan sulit untuk di carving dan terjadi kerusakan tepi. Carving yang dilakukan untuk mendapatkan kontur, kontak dan anatomi yang sesuai sehingga mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya.4,5,17
Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan menggunakan burnisher untuk meminimalisir korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan pada umumnya dilakukan paling sedikit 24 jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan kekuatan yang tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama.11,14
2.7       Susu Fermentasi
Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut, agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah maka protein susu bertindak sebagai emulsifier. Kandungan air di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5 %, dengan kandungan laktosa sekitar 5 %, protein sekitar 3,5 % dan lemak sekitar 3-4 %. Susu juga merupakan sumber kalsium, fosfor dan vitamin A yang sangat baik. Mutu protein susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, terutama sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino essensial yang sangat dibutuhkan tubuh.12
            Permasalahan yang ada pada susu sapi segar adalah sangat mudah rusak. Susu sapi segar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi nilai gizinya, sehingga bukan saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik pembusuk. Kontaminasi bakteri mampu berkembang dengan cepat sekali sehingga susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk memperpanjang daya guna, daya tahan simpan, serta untuk meningkatkan nilai ekonomi susu, maka diperlukan teknik penanganan dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat prospektif adalah teknologi fermentasi pada susu.11
Fermentasi adalah proses secara aerob maupun anaerob yang menghasil-kan berbagai produk dengan melibatkan aktivitas mikroba terkontrol (Darwis dan Sukara, 1989). Proses fermentasi akan mengubah laktosa dalam susu menjadi glukosa dan galaktosa oleh aktivitas kultur starter sehingga akan mengurangi gangguan pencernaan Bila meng-konsumsinya.14 Produk susu fermentasi tersebut, dibedakan berdasarkan jenis bakteri asam laktatnya. Bakteri asam laktat akan menghidrolisis laktosa yang di dalam susu, menjadi berbagai macam senyawa karbohidrat lebih sederhana. Proses fermentasi mengakibatkan aktivitas mikroba meningkat, penurunan pH, dan peningkatan kadar asam dalam produk fermentasi.12



0 komentar:

Posting Komentar