RENCANA PELAKSANAAN STUDI KASUS
A.Rencana
Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan
data dengan Tanya jawab antara terapis dengan sumber data.dilihat dari segi
pelaksanaan anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis,merupakan anamnesis
yang langsung ditujukan kepada pasien yang bersangkutan
Heteroanamnesis,merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain
(keluarga,temanataupun orang terdekatdengan pasiesn yang mengetahui keadaan
pasien tersebut). Anamnesis yang akan dilakukan berupa :
a.
identitas Penderita
Identitas penderita mencakup nama,
umur,jenis kelamin,agama,alamat, dan pekerjaan penderita sangat menentukan
timbulnya Spondyloatrosis Cervikal.
b.
Keluhan utama
Merupakan suatu gejala, gangguan
ataupun keluhan utama yang pertama kali dirasakan penderita dan mendorong
penderita untuk mencari pertolongan atau pengobatan. Dari pasien diperoleh
keterangan bahwa pasien mengeluhkan adanya nyeri dan keterbatasan gerak pada
leher yang kemudian meganggu aktifitas sehari-hari.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Memperincikan keluhan utama di
dalam hal ini ditanyakan dua hal yaitu : 1. Riwayat perjalanan penyakit yang
menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap.
Tentang masing-masing gejala itu timbul dan kejadian apa yang berhubungan
timbulnya gejala. 2. Segala pengobatan yang dilakukan sebelumnya dan bagaimana
hasilnya.
Pada kasus ini biasanya pasien
tidak bisa melakukan gerakan feksi,ekstensi,lateral fleksi kiri dan lateral
fleksi kanan.
d.
Riwayat penyakit dahulu
ditanyakan mengenai penyakit yang
pernah dialami pasien yang berhubungan dengan penyakit sekarang. Pada kasus ini
biasanya pasien pernah mengalami trauma. Hanya saja karena penggunaan yang
berlebihan.
e.
Riwayat penyakit penyerta
Merupakan riwayat penyakit yang
menyertai penyakit yang sedang diderita saat ini.pada pasien tidak di dapat
adanya penyakit yang menyertai terjadinya kasus ini.
f. Riwayat penyakit pribadi
Merupakan riwayat penyebab
penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan dan pekerjaan penderita.hasil yang
diperoleh adalah os ibu rumah tangga yang mana kegiatan sehariannya
memasak,mencuci,menyapu,menyiram bunga dan lain-lain.
g.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam
hal ini apakah ada diantara keluarga penderita yang mengalami penyakit yang
sama.Pada penderita diperoleh informasi bahwa tidak ada keluarga os yang
mengalami penyakit yang sama.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Tanda Vital
Pemeriksaan ini sangat penting
untuk mengetahui keadaan penderita, dari pemeriksaan vital sign ini akan
diperoleh mengenai tekanan darah,denyut nadi,frekuensi
pernapasan,temperature,tinggi badan dan berat badan.
b.
Inspeksi
Inspeksi merupakan salah satu
pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.inspeksi dilakukan dengan cara
statis (diam) dan dinamis (bergerak). Biasanya pada kasus ini, inspeksi statis
didapatkan hasil : 1. Wajah pasien tidak tampak pucat. 2. Bahu tida simetris.
3. Atropi pada otot sekitar leher. Pada inspeksi statis,adanya gangguan pada
leher saat bergerak.
c.
Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara memegang, meraba, menekan bagian yang mengalami gangguan.
Yang dapat dipalpasi yaitu keadaan suhu di daerah leher dalam batas normal,
pada kasus ini biasanya terdapat adanya spasme dan nyeri pada otot sekitar
leher.
d.
.Auskultasi
Pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop, pada kondisi spondyloatrosis cervical pemeriksaan ini tidak pelu
dilakukan.
e.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan
cara mengetuk, bagian tubuh mana yang akan diperiksa. Pada kasus ini perkusi
dilakukan.
f.
Kognitif,intra dan interpersonal
Kognitif dilakukan untuk menilai
kemampuan pasien dalam menjawab pertanyaan terapis dan kemampuan merespon
perintah terapis. Pada penderita spondyloartrosis cervical biasanya kognitif,
biasanya baik pasien mampu menjawab pertanyaan dan mampu merespon perintah
terapis. Intra personal adalah kemampuan pasien menerima keadaan dirinya dan kemauan pasien untuk
sembuh.Inter personal hubungan interaksi antara seseorang dengan orang
disekitar lingkungan.
g.
Kemampuan fungsional
Kemampuan pasien untuk melakukan
gerakan secara aktif pada leher serta kemampuan pasien untuk melakukan gerakan
secara maksimal pada leher.
h.
Aktivitas fungsional
Didalam aktivitas fungsional penulis
akan mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari yang
berhubungan dengan leher, seperti melihat ke kiri dan kenan, serta kemampuan
aktifitas perawatan diri.
3. Pemeriksaan gerak dasar
Periksaan gerak dasar meliputi : a.
gerak aktif , b. gerak pasif, c.gerak
isometric atau melawan tahanan.
a.
Gerakan aktif
Pemeriksaan ini dilakukan atas
permintaan terapis dengan memberikan aba-aba kepada pasien untuk melakukan
gerakan. Terapi melihat seberapa mampu pasien dapat menggerakan sendiri
gerakan-gerakan tersebut.informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah
mengenai rasa nyeri,LGS,kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
b.
Gerakan pasif
Pemeriksaan
ini dilakukan sepenuhnya oleh terapis, sementara pasien dalam keadaan pasif dan
rileks. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan
LGS,end feel, provokasi nyeri, dan kelenturan otot.jika sampai pada akhir
gerakan tidak dapat dilakukan, sebaiknya gerakan tersebut tidak dipaksakan dan
ditanyakan keluhan pasien,oleh karena akhir LGS sangat diperlukan untuk
mengetahui end feel.
c.
Gerakan isometric melawan tahanan
Pemeriksaan
ini dilakukan oleh pasien secara aktif, sementa terapis memberi tahanan melawan
gerakan yang dilakukan pasien.
4. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan
spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang diperlukan sebagai
informasi dalam menegakan diagnose ataupun menyusun problem tujuan dan tindakan
fisioterapi .adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
a.
Pemeriksaan skala nyeri
Pemeriksaan
nyeri pada kasus ini parameter yang digunakan adalah visual analog scale
(VAS).Skala VAS ( Visual Analog Scale) merupakan sebuah garis lurus mendatar
sepanjang 10 cm tanpa penanda/ grid. Diujung kiri (0 cm) terbukti tanpa nyeri
dan ujung kanan (10 cm) tertulis nyeri tidak tertahankan. Prosedur pelaksanaan,
subyek diberi penjelesan tentang cara mengisinya. Skor VAS dihitung berdasarkan
jarak dari titik 0 mm sampai tanda yang dibuat subyek yang mencerminkan nyeri
saat ini.
b.
Pemeriksaan LGS (Luas gerak sendi)
menggunakan Goniometer.
Goniometer
adalah standar pengukuran ukuran untuk penilaian/pengukuran besarnya luas gerak
sendisesuai dengan ISOM.
c.
Test-test yang dilakukan untuk
pemeriksaan spesifik adalah :
1)
Tes Provokasi
Test ini ini dilakukan dengan cara posisi
leher di ekstensikan dan
kepala dirotasikan ke salah satu sisi,
kemudian berikan tahanan kebawah pada puncak kepala. Hasil positif bila
terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah ritasi
kepala.
2)
Tes distraksi
Test ini dilakukan dengan cara posisi
pasien duduk di kursi.
Fisioterapi berada di samping tubuh pasien,
tangan fisioterapi memegang dagu bagian bawah dan tangan yang satu lagi
memegang occiput lalu perlahan lahan fisioterapi mengangkat kepala pasien. Test
ini di lakukan dalam waktu 30-60 detik. Pada kasus ini di dapati hasil positif
dimana penderita merasa nyaman karena dengan dilakukan test distraksi maka
penekanan pada saraf cervikalis akan berkurang.
3)
Tes valsava
Test ini dilakukan dengan cara pasien
disuruh mengejan sewaktu ia
menahan
nafasnya. Hasilnya positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher
menjalar ke lengan. Dengan tes ini diketahui intaracranial naik bila terdapat
proses desak ruang di canalis vertebra bagian cervical. Dengan naiknya tekanan
intracranial maka akan membangkitkan nyeri radikuler.
A. Pelaksanaan Fisioterapi
Penanganan yang dilakukan pada kasus
Spondylosis Cervikal ini berupa konservatif. Berdasarkan tujuan yang telah
diterapkan fisioterapi dapat memberikan penatalaksanaan fisioterapi pada
penderita Spondylosis Cervikal dengan menggunakan modalitas berupa:
1.
Pelaksaan Ultra Sound
Ultra sound adalah suatu Getaran mekanik
dengan gelombang
longitudinal yang berjalan melalui medium
tertentu dengan frekuensi yang variable yang berkisar 0,7 MHz-0, 10 MHz.
a.
Persiapan alat
Sebelum melakukan terapi terlebih dahulu
dipersiapkan bed atau
matras. Kemudian periksa kabel dan tranduser
yang akan digunakan apakah dalam keadaan baik atau tidak.
b.
Persiapan penderita
Sebelum diberikan terapi, posisi pasien
harus tidur telungkup dan
serileks
mungkin. Kemudian di daerah leher yang akan diterapi harus terbebas dari
pakaian dan bahan logam. Setelah itu daerah leher pasien harus dibersihkan,
dapat menggunakan sabun atau alcohol 70%. Lalu rambut yang terlalu lebat
sebaiknya dicukur. Sebelum diberikan terapi terlebih dahulu terapis menjelaskan
mengenai efek yang akan timbul dari alat tersebut dan efek dari terapi atau
hasil yang didapatkan dari pemberian terapi tersebut.
c.
Pelaksanaan
Posisi pasien tidur telungkup lalu terapis
mengoleskan oil, cream, gel
atau
pasta kea rah leher yang berkisar 20 cm. setelah itu terapis meratakan gel
tersebut keseluruh leher.kemudian terapis menyetel parameter pada mesin ultra
sound dengan metode langsusng dengan dosis yang sesuai untuk daerah leher
dimana durasi terapi 5-10 menit, frekuensi terapi 3-5 x/minggu dan intensitas
terapi diberikan sesuai dengan toleransi pasien terhadap alat. Setelah itu
treatment-head atau tranduser digerakan terus-menerus selama terapi dengan
gerakan atau irama serkuler atau longitudinal secara pelan-pelan dan tekanan
terhadap kulit tidak boleh terlalu keras.
d.
Persiapan akhir
Terapis
mematikan mesin, kemudian terapis membersihkan bagian
leher
pasien dan tranduser dengan tissue atau handuk.
e.
Teknik pelaksanaan stretching
a.
Pesiapan alat
Sebelum
melakukan pengobatan, terlebih dahulu mempersiapkan alat-
alat
yang diperlukan seperti bed, anduk dan kursi.
b.
Persiapan penderita
Penderita diposisikan senyaman
mungkin, bagian yang diterapi dibebaskan dari pakaian :
- Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8 kali.
- Kepala di arahkan ke atas dan kebawah.
- Letakan kedua tangan di dagu dan dorong kebelakang, namun kepala menekan ke arah depan(arah nya berlawanan) terasa jika ada kontraksi. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot cervical.
- Letakan tangan kanan di kepala bagian kanan, letaknya diatas telinga.Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan 5 hitungan atau 5 detik.
- Lakukan hal yang sama pada sisi kepela bagian kiri.
- Conta rileks stretching, kepala menunduk dan putar keluar.
DAFTAR PUSTAKA
Alfin Hamdy. FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT
SPONDYLOSIS. 2010. http://fisioterapishamdia Ifin.
blogspot.com
Cailliet
Rane, Neck and arm Pain ; Edisi ke-3. USA: F.A. Davis Co; 1991.
De Wolf and Mens, 1994 ; Pemeriksaan Alat Gerak Tubuh ; Bohn StafleuvonLoghom, Houte
Seventeen.
Edwin, 2010 : Desk Streching. Dikutip 27 Januari,
2010 dari http://physiocarefoundation.blogspot.com/2010/01/10/otot-otot-leherlepisan-kedua.html
Hudaya, Prastya, 2009, Rematologi ; Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi,
Surakarta.
Irfan.
Nyeri leher. 2012. http://dhaenkpedro.wordpress.com/nyeri-leher/
Kiner C, 1990, Thrapeutik Exercise Foundations and
techniques. Third Edition, F.A.Davis company Philadelphia
Kuntono, H.P,
2000, Management Nyeri Muskuloskletal ; Temu ilmiah
Tahunan Fisioterapi XV,
Semarang
Syafruddin
BAC, Anatomi fisiologi; Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1992.
Taruna, Yuda
Diagnosa dan Tatalaksana pada Radiokulopa; Pendekatan ti Cervical ;www.mediastore.com
0 komentar:
Posting Komentar