BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Lemak dan Minyak
2.1.1.
Kimia Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak
termasuk salah satu dari golongan lipida, yaitu merupakan
lipida netral. Minyak dan lemak tidak
larut dalam air, melainkan dapat larut dalam pelarut organik misalnya klorofrom, atau
benzena. Minyak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah
kecil komponen trigliserida, sterol, asam
lemak bebas, lilin,
pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi
warn dan flavor produk, serta berperan dalam proses ketengikan (Buckle,D.A.Dkk,2000)
Lemak dan minyak yang
terkandung dalam hampir semua bahan pangan berbeda-beda. Tetapi lemak dan
minyak sering kali ditambahkan kebahan makan dengan berbagai tujuan. Dalam
pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai penghantar panas,
seperti minyak goreng. Disamping itu penambahan lemak dalam makanan juga untuk
menambah kalori serta menambah tekstur dan cita rasa dari bahan pangan.
Lemak dan minyak yang
digunakan dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester
dari gliserol dan berbagai asam lemak. Istilah lemak biasanya digunakan untuk
campuran trigliserida yang berbentuk padat pada suhu ruangan, sedangkan minyak
berarti campuran trigliserida cair pada suhu.
2.1.2.
Sumber lemak dan Minyak
Lemak dan minyak yang
dapat dimakan dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari bahan nabati atau
hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber
cadangan energi. Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya,
sebagai berikut (S.Kateran,2008)
1.
Tumbuhan
a.
Biji-bijian palawija: minyak jagung,
kacang, kedele, bunga matahari dan sejenisnya.
b.
Kulit buah tanaman tahunan : minyak
zaitun dan kelapa sawit.
c.
Biji-bijian dari tanaman tahunan: kelapa
sawit, cokelat, inti sawit dan sejenisnya.
2.
Hewan
a.
Susu hewan peliharaan: Lemak Susu
b.
Daging hewan peliharaan: Lemak sapi dan
turunannya kolesterol.
c.
Hasil laut: minyak ikan sardine, minyak
ikan paus dan sejenisnya.
2.1.3.
Sifat Minyak dan Lemak
Sifat fisik dan kimia
minyak merapakan parameter yang sangat berguna untuk menentukan penggunaan yang
tepat dari minyak tersebut. Sifat tersebut pun dapat digunakan untuk
mengevaluasi tahapan dari suatu rangkaian pengolahan dan mutu minyak tersebut (Darmoyuwcno, Winarno,2006)
A.
Sifat Fisik Lemak dan Minyak
Sifat fisik minyak
terdiri dari warna, titik didih, titik lunak, titik luncur (slipping point),
titik awal mencair ( shot melting point) berat jenis, indeks biar, titik asap,
titik nyala, titik api kekeruhan, titik cair, polimorfisme, bau amis, odor dan
flavor, dan kekeruhan.
B.
Sifat Kimia Lemak dan Minyak
Pada
umumnya asam minyak jenuh dan minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat
dengan jumlah atom karbon yang genap. Reaksi yang penting pada minyak dan lemak
adalah reaksi hidroklisa, oksidasi, hidrogenasi, esterifikasi, dan pembentukkan
keton (Shermhan,H.C.2003).
1.
Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa,
minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa
yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya
sejumlah air dalam lemak atau minyak tersebut.
2.
Oksidasi
Proses oksidasi dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau
lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak
dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan
hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai
dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam lemak
bebas.
3.Hidrogenasi
Reaksi pada proses
hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara
molekul-molekul minyak dan hydrogen. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan
menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan cars penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat
plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
4.Esterifikasi
Proses esterifikasi
bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester.
Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut
interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi
friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip pereaksi ini, hidrokarbon rantai
pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam karpoat yang menyebabkan
bau tidak enak, dapat ditukar dengan
rantai panjang yang bersifat tidak menguap. 5. Pembentukan Keton (Nurachmah,Elly 2001)
Keton dapat dihasilkan
melalui penguraian dengan cars hidroklisa ester. Melalui reaksi ini, laural klorida misalnya
akan dirubah menjadi diundecyl keton.
2.1.4.
Komponen Lemak dan Minyak
Minyak sawit kasar yang
dikenal dengan sebutan CPO (crude palm oil) mengandung sejumlah
komponen-komponen seperti asam lemak bebas (free patty acid ), fosfatida, air,
karotenoid, komponen-komponen yang memberikan rasa dan bau dan komponen lain
dalam jumlah yang sangat kecil ( komponen Minor) seperti vitamin E atau tokoferlo
dan fitosterol. Meskipun komponen-komponen tersebut berapa komponen minor
tetapi dalam jumlah yang sangat kecil pun bermanfaat besar dalam satuan
metabolisme tubuh manusia.
1.
Karotenoid, beta karoten dan Vitamin A
Karotenoid adalah suatu
pigmen alami berapa zat warna kuning sampai merah yang mempunyai struktur
alifatik atau alisiklik yang tersusun oleh 8 unit isoprene dan 4 gugus metildan
selalu terdapat ikatan ganda terkonjungasi diantara gugus metil
Tersebut. Dari
fungsinya karotenoid dapat dibagi atau 2 golongan yaitu bersifat nutrisi aktif,
seperti beta karoten, dan non nutrisi aktif seperti fucoxanthin, neoxanthin dan
violaxanthin, karotenoid yang di kenal sebagai sumber vitamin A adalah beta
karoten (100%), alfa karoten (50%) dan
gamma karoten. Beta karoten sebagai salah satu zat mikro di dalam minyak sawit mempunyai
beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat
bagi tubuh, antara lain untuk menanggulangi kebutuhan karena xeroftalmia mencegah timbulnya penyakit
kanker, mencegah proses penuaan dini, meningkatkan
imunisasi tubuh dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Selain itujuga
dapat berperan aktif sebagai pemusnah radikal bebas
2.
Tokoferol dan Vitamin E
Tokoferol adalah salah
satu antioksidan alami yang paling efektif yang terdapat dalam minyak nabati. Ada beberapa
jenis tokoferol yang mempunyai aktifitas
vitamin E, dan yang paling potensial adalah alfa tokoferol. Peranan alfsa tokoferol dan alfa tokotrienol terhadap
metabolisme kolesterol, berkaitan dengan proses aterogenesis atau sebagai
atherosclerosis protecting agent tokoferol alami terkandung dalam minyak-minyak nabati,
termasuk minyak sawit, gandum dan biji-
Bijian ( Elsevier,Amsterdam,2010)
3.
Asam Lemak Esensial dan Asam Lemak Trans
Asam lemak esensial dan
metabolit-metabolit turunannya merupakan perkusor dari prostaglandin,
tromboksan dan prostasiklin. Senyawa-senyawa ini berperan dalam berbagai fungsi
sifat biologis. Kekurangan asam lemak esensial akan menimbulkan gangguan
metabolisme yang menyebabkan pertumbuhan terhambat, dermatitis dan gangguan
reproduksi.
4.
HDL, LDL, dan Kolesterol
Dalam
percobaan-percobaan yang telah di lakukan di IPB telah dibuktikan bahwa minyak sawit tidak mengakibatkan
pengerasan pembuluh darah, bahkan cenderung
mengurang konsentrasi LDL dan menaikkan HDL. LDL dikenal dengan sebutan kolesterol jahat dan HDL dikenal
sebagai kolesterol baik yang dapat engikis terbentuknya pengendapan lemak (S.Kateren.2008)
2.1.5.
Penyebab Kerusakan Lemak dan Minyak
Ketengikan (rancidity)
diartikan merupakan kerusakan atau perubahan bau dan anyir dalam lemak atau
bahan pangan berlemak. Kerusakan minyak dan lemak tersebut disebabkan beberapa
faktor yaitu:
1.
Apsorbasi Bau oleh Lemak
Salah satu kesulitan
dalam penanganan dan penyimpanan bahan pangan adalah usaha untuk mencegah
pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan pembungkus cat. Bahan bakar atau
pencemaran bau yang berasal dari bahan pangan lain yang disimpan dalam wadah
yang sama, terutama terjadi pada bahan pangan yang berkadar lemak tinggi. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh karena dapat mengabsorbsi zat menguap yang
dihasilkan dari bahan lain.
2.
Aksi oleh Enzim
Lemak hewani dan nabati
yang masih berada dalam jaringan biasanya mengandung enzim yang dapat menghidrolisa
lemak. Semua enzim yang termasuk
golongan lipase, namun menghidrolisa lemak netral (trigliserida) sehingga
menghasilkan lemak bebas dan gliserol,
namun enzim tersebut tidak aktif oleh panas (Sedia Oetama,Achmad,2005)
3.
Kerusakan oleh Mikroba
Kerusakan oleh mikroba
biasanya terjadi pada lemak yang masih berada dalam jaringan dan dalam bahan
pangan berlemak. Minyak yang telah di murnikan "biasanya masih mengandung
mikroba berjumlah maksimum 10 mikroorganisme Pergram lemak, dapat di katakana seteril.
Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba
yang tidak menyebabkan penyakit (non pathogen), tetapi umumnya dapat merusak
lemak dengan menghasilkan citarasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan
warna.
4.
Kerusakan Lemak oleh Oksidasi Atmosfir
Bentuk kerusakan
terutama ketengikan yang paling penting di sebabkan oleh aksi oksigen udara
terhadap lemak. Oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan
yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses
oksidasinya tergantung dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Faktor-faktor
yang mempercepat oksidasi lemak yaitu:
1.
Radiasi, misalnya oleh panas dan cahaya.
2.
Bahan pengoksidasi misalnya peroksida,
asam nitrat dan beberapa senyawa organic
nitro dan aldehida aromatic.
3.
Katalis metal khususnya garam dari
beberapa macam logam berat.
4.
Sistem oksidasi, misalnya adanya katalis
organik yang labil terhadap panas.
2.1.6.
Penyebab Ketengikan Lemak dan Minyak
Kerusakan lemak dan
minyak didalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan misalnya
pada proses pemanggangan, penggorengan dan selama Penyimpanan. Kerusakan lemak
ini menyebabkan bahan pangan berlemak mempunyai bau dan rasa tidak enak,
sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan berlemak. Penyebab
ketengikan minyak dan lemak terbagi atas:
1.
Ketengikan oleh Oksidasi
Ketengikan ini terjadi
Karena proses oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemah tidak jenuh dalam
lemak. Proses oksidasi dapat terjadi pada suhu kamar, dan selama proses
pengolahan menggunakan suhu tinggi.
Hasil oksidasi lemak
dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatan rasa dan bau tidak enak, tetapi
juga dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin (karoten dan
tokoferol ) dan asam lemak esensial dalam lemak (Sudarmaji,Slamet, 2009)
2.
Ketengikan oleh Enzim (enzymatic rancidity)
Bahan pangan berlemak
dengan kadar air dan kelembaban udara tertentu rnerupakan medium yang baik bagi pertumbuhan
jamur. Jamur tersebut mengeluarkan enzim
dalam menguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim peroksida dapat mengoksidasi
lemak tidak jenuh sehingga berbentuk
peroksida.
3.
Ketengikan Oleh hidrolisa (hydrolytic rancidity)
Komponen zat berbau
tengik dalam minyak selain dihasilkan dari proses oksidasi dan enzimatis juga
disebabkan oleh hasil hidrolisa lemak yang mengandung asam lemak jenuh berantai
pendek. Asam lemak tersebut mudah menguap dan misalnya asam butirat, asam
valerat, asam kaproat dan ester alifatis.
2.1.7.
Pencegahan Ketengikan Minyak dan Lemak
Kerusakan bahan pangan
berlemak, terutama disebabkan oleh proses oksidasi
mengakibatkan destruksi vitamin yang
larut dalam lemak dan oksidasi asam lemak
tidak jenuh, sehingga bahan pangan
berbau tengik dan nilai gizi serta cita rasa bahan
pangan pun menurun. Salah satu cara
untuk mencegah atau menghambat kerusakan lemak dalam bahan pangan, dapat
dilakukan dengan cara membungkus bahan pangan (Sunarko,2007)
Syarat-syarat kemasan yang baik
digunakan untuk lemak adalah sebagai berikut:
1.
Dapat mencegah atau mengurangi proses
oksidasi oleh oksigen udara atau proksida
lainnya.
2.
Bagian dalam dari alat pengemas sebaiknya
dipolesi dengan antioksidan untuk mencegah
bau tengik terutama dari kertas pembungkus yang terkena lemak.
3.
Jenis bahan pembungkus, antara lain
plastik jenis chellopan, poliethilene dan amilosa film.
2.2.
Pemurnian Minyak
Tujuan utama pemurnian
minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, warna yang tidak
menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum
dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Pada umumnya
minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui proses sebagai berikut:
1.
Pemisahan bahan berupa sespensi dan
dispersekoloid dengan cara penguapan, degumming
dan pencucian dengan asam.
2.
Pemisahan asam lemak bebas dengan cara
netralisasi.
3.
Dekolorisasi dengan proses pemucatan.
4.
Deodorasi
5.
Pemisahan gliserida jenuh (stearin)
dengan cara pendinginan (chilling)
Disamping itu
kadang-kadang dilakukan penambahan flavor dan zat warna sehingga didapatkan
minyak dengan rasa serta bau yang enak dan warna menarik.
2.3.
Proses Perabuatan Minyak Kelapa Sawit
Pengolahan kelapa sawit
dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit yang berasal dari daging buah
(pericalp) dengan urutan sebagai berikut:
a. Penimbangan
Pengangkutan
tandan buah segar (TBS) dari kebun dengan menggunakan truk yang sampai kepabrik
harus ditimbang di Toledo pada saat berisi dan sesudah di bongkar. Selisih
timbangan merupakan berat yang akan di olah.
b. Sortasi buah
Sortasi
dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu trek yang dianggap mewakili
sejumlah kebun anak. Selain itu dalam sortasi juga harus di catat persentase
tangkai panjang, banyaknya buah yang jatuh (berondolan) dan kotoran (Pahan Iyung, 2006)
c. Penimbunan buah
Tandan
buah yang sudah ditimbang langsung dimasukkan dalam loading and storage ramp.
Di dalam baya, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara
menyiramkan air dari atas. Setelah bersih, TBS dimasukkan dalam ori -lori
rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS.
d. Perebusan
Lori-lori
berisi TBS dimasukkan dalam ketel rebusan dengan bantuan loco. TBS tadi
dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2 selama I jam. Tujuan
dari perebusan ini adalah:
1. Menghentikan
perkembangan asam lemak
2. Memudahkan
pemipilan
3. Penyempurnaan
dalam pengolahan
4. Penyempurnaan
dalam proses pengolahan inti sawit.
e. Penambahan
Lori-lori
tandan buah yang sudah direbus, ditarik keluar, lalu diangkat menggunakan
hoisting crane yang digunakan untuk mengangkat Lori serta membalikkannya ke
atas mesin penebah dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya.
f. Pengadukan
Buah
yang lepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan ke dalam ketel adukan.
Ketel ini memiliki dindingan rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan
pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah pecah dan
terlepas dari bijinya.
g. Pengempaan
Pengempaan
dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin
pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel
adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke cruda oil tank melalui vibrating screen.
h. Klasifikasi
Minyak
yang keluar dari crude oil tank segera diklasifikasikan di instalasi-instalasi
penjernihan yang tahapanya sebagai berikut:
1.
Continuous
Settling Tank
Minyak dalam tank ini masih
bercampur dengan sludge (limpur, air dan kotoran lainnya) dan dipisahkan
berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak bersih dialirkan ke top oil tank,
sedangkan dludge dialirkan ke sludge tank.
2.
Top
Oil Tank
Top oil tank berfungsi untuk
mengendapkan kotoran dan sebagai bak penampungan sebelum minyak masuk ke oil
purifier. Tempratur pada tank ini mencapai 90-95°C sehingga air menguap. Oil
Purifier Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat
jenis dan gaya-gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 rpm, kotoran dan air yang
berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar. Minyak
Yang ada di bagian tengah dapat keluar menuju ke vacuum drier.
3.
Vacum
Drier
Di vacuum drie, minyak diuapkan
dengan system pengabutan minyak. Minyak yang sudah bebas air yang dipompakan ke
tangki penimbunan melalui flow meter.
4.
Sludge
Tank
Sludge yang keluar dari continous
tank masih mengandung minyak dan diolah lagi untuk diambil minyaknya dengan
cara memanaskan hingga mencapai temperature 80-90°C.
5.
Vet
Pit
Sludge yang keluar dari slude
centrifuge mengandung minyak. Sludge ini bersama air pencuci mesin centrifuge
dikumpulkan dalam vet pit untuk diambil minyaknya.
2.4.
Asam Lemak Bebas
Asam lemak terdiri dari
elemen karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen yang tersusun berupa rantai karbon
dengan gugus karboksil (R-COOH) pada salah satu ujungnya. Asam lemak jenuh
berarti atom karbonnya meningkat atom hidrogen dalam jumlah maksimal yang dapat dipegang,
sehingga tidak terdapat ikatan rangkap di antara atom-atom karbon yang
bersebelahan. Asam lemak mono-tak jenuh memiliki satu ikatan rangkap sedangkan
asam lemak poli tak jenuh memiliki dua atau
lebih ikatan rangkap (S.Kateran, 2008)
2.5.
Pembentukan Lemak dan Minyak Secara Alami
Hampir semua bahan
pangan banyak mengandung lemak dan minyak terutama bahan yang berasal dari
hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada Egan "adiposa". Dalam
tanaman, lemak disintesis dari satu molekul giliserol dengan tiga molekul asam
lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1.
Sintesis Gliserol
Dalam tanaman terjadi
serangkaian reaksi biokimia, pads reaksi ini f ruktosadifosfat diuraikan oleh enzim aldosa
menjadi hidroksi aceton fosfat, kemudian
direduksi menjadi gliserol fosfat. Gugus fosfat dihilangkan melalui proses fosforilas sehingga akan terbentuk molekul
gliserol. Proses pembentukan sintesis .Gliserol:
CH2OH _
HC O
C = O + DPN, H2 ICOH + DPN
CH2OPO3H3 CH2OPO3H2
Gliserol Fosfat + H2O
Dihidrooksi
Aseton Fosfat
H2COH
HCOH + H3PO4
H2COH
Gliserol
2.Sintesa
Asam Lemak
Asam
lemak dihasilkan dari reaksi dua macam persenyawaan yang mengandung karbon,
yang terbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat, asetaldehida dan alcohol, dalam
kondisi anaerob, asam lemak dalam tanaman disintesa oleh bakteri tertentu.
C2H50H + CH3COOH
Clostridium Khuvery CH3(CH2)2COOH
+ H2O
3.Kondensasi
Asam Lemak dengan Gliserol
Proses
pembentukan lemak atau minyak dalam
tanaman merupakan proses esterifikasi gliserol dengan asam lemak
Sebagai contoh ialah proses pembentukan
palmitin dengan reaksi sebagai berikut :
O
CH___ C
O C15H31
O
CH___ C
O C15H31
O
CH2__ C
O C15H31
2.6.
Titrasi Netralisasi
Pada
dasarnya titrasi aside alkalimetri adalah suatu reaksi netralisasi dari ion –
ion H dan ion OH yang membentuk molekul air. Titrasi ini ada 2 jenis yaitu
asidimietri dan alkalimetri adalah penetapan kadar basa suatu larutan, dimana larutan standarnya adalah asam,
sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar asam suatu larutan dimana larutan
standarnya adalah basa.
2.6.1.
Larutan Baku
Larutan Baku adalah
larutan yang normalitasnya diketahui dengan tepat dan dipergunakan untuk
menetapkan normalitas larutan lain yang belum diketahui. Sebagai larutan baku
yang penting pada alkalimetri adalah NaOH dan KOH.
Namun larutan baku
tersebut masih merupakan larutan baku sekunder yang harus distandarisasi lagi
untuk mengetahui normalitasnya dengan menggunakan larutan baku primernya.
Larutan baku primernya yaitu kalium biftalat.
2.6.2.
Indikator
Kita mengetahui bahwa
reaksi netralisasi tidak disertai dengan perubahan warna larutan, sehingga
sulit untuk mengetaui kapan reaksi itu telah berakhir. Sehingga dibutuhkkan
suatu indikator. Indikator adalah senyawa organik yang bersifat basa lemah atau
asam lemah. Indikator ditambahkan beberapa tetes dalam larutan . Indikator
menyebabkan perubahan warna pads larutan. Pada saat terjadi perubahan warns
maka pada saat itu titrasi diakhiri. Perubahan warna dapat terjadi dari tidak
berwarna ke berwarna atau sebaliknya
(Winarno,1995)
2.6.3.
Prinsip Analisa
Bilangan asam adalah bilangan
yang menyatakan jumlah nilai gram NaOH yang diperlukan untuk menetrapkan asam
bebas dalam 1 gram minyak. Minyak dilarutkan dalam etanol 95% dengan
menggunakan indikator phenolphthalein dan di titrasi dengan kalium biftalat
sampai terbentuk warna merah jambu selama 30 etik
0 komentar:
Posting Komentar