Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa
trauma tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada
tulang, dalam kasus fraktur femur
sepertiga dextra kemungkinan mekanisme terjadinya fraktur ada dua cara,
yaitu karena trauma maupun kecelakaan langsung yang mengenai tungkai atas pada
batang femur, sehingga mengakibatkan perubahan posisi pada fragmen tulang
(Bloch, 1986).
1.
Insiden
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk
Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta
(12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300 juta orang
diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita
kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia tercatat kurang lebih lebih 12
ribu orang pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas, dilihat dari banyaknya
kecelakaan sebagai akibatnya selain kematian adalah kondisi patah tulang atau
fraktur (Rasjad, 1998).
2.
Perubahan Patologi atau Patofisiologi
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai
kekuatan dan daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami
fraktur, biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan
yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga
dalam mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar
tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat yaitu
dengan internal fiksasi jenis plate and
screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi
tulang yang patah ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar
sehingga akan terjadi proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald,
1995). Stadium penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat
dilihat pada tabel:
Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang
Hematoma
|
Proliferasi
|
Kalsifikasi
|
Konsolidasi
|
Remodeling
|
|
Tulang
|
Tulang patah mengenai pembuluh
darah
Terbentuk hematoma di sekitar
pepatahan
Hematoma dibentuk jaringan lunak di sekitarnya
Permukaan tulang yang patah tidak mendapatkan supplay
Berlangsung selama24 jam setelah terjadi perpatahan
|
Sel-sel periosteum dan endosteum paling
menonjol pada tahap proliferasi
Proliferasi dari sel-sel dalam periosteum
yang menutupi fraktur, sel-sel ini merupakan tumbuhnya osteoblast
Akan melepaskan unsur-unsur intraseluler dan
kemudian menjadi fragmen lain
Berlangsung selama 3-4 hari
|
Jaringan seluler yang keluar dari masing-masing fragmen yang sudah matang
Sel-sel memberi perlengkapan untuk osteoblast.
Condoblast membentuk callus yang
belum masak dan membentuk jendolan.
Adanya rigiditas pada fraktur
Berlangsung selama 6-12 minggu
|
Callus yang belum masak akan
membentuk callus
Berlangsung bertahap dan
berubah-ubah
Adanya aktivitas osteoblast
menjadi tulang lebih kuat dan masa strukturnya berlapis-lapis
Berlangsung setelah 12-14 minggu
|
Tulang menyambung atau membentuk
baik dari luar maupun dari dalam canalis medularis.
Osteoblast mengabsorbsi pembentukan tulang yang lebih.
Berlangsung selama 24 minggu sampai 1 tahun
|
Tabel 2.6
Tahap-tahap atau proses penyembuhan otot
Peradangan
|
Proliferasi
|
Remodeling
|
|
Otot
|
Radang adalah mekanisme pertahanan diri pada otot yang terluka.
Reaksi radang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan dan mencegah
penyebaran yang luas.
Radang juga menyebabkan jaringan yang cidera diperbaiki atau diganti yang
baru.
Tanda-tanda radang: Bengkak (tumor), berwarna kemerahan (rubon), panas
(kalor), gangguan gerak (fungsiolesi)
|
Terjadinya perbaikan jaringan epitelium dan jaringan penghubung
(connectifity).
Epitelium adalah lapisan yang membentuk epidemis kulit dan lapisan
permukan mukosa.
Jaringan penghubung adalah jaringan yang terdapat pada jaringan ekstra
selular.
Fibriobrasi akan berguna pada daerah yang mengalami peradangan dengan
membentuk fibrin, lalu akan membentuk jaringan parut yang akan menyokong
tensil strength untuk perbaikan.
Disaat yang bersamaan sel endotel baru berkembang.
Setelah berlangsung selama 7 hari degenerasi protein miofibril akan
berlangsung secara perlahan-lahan yang diikuti dengan serangan phagocytic.
Sel-sel otot yang mati akan berpindah.
|
Terjadi pembentukan matrik jaringan connective dan sebagai fase penguatan
jaringan parut, jaringan kolagen dilepaskan oleh fibriosis serta jaringan
connective masih bersifat lunak.
Organisasi sejajar masih terbentuk pada permukaan luka sehingga akan
memelihara tensil strength.
Namun kekuatan maximum dari jaringan parut hanya 70% dari jaringan
normal.
|
Tabel 2.7 Tahap-tahap atau proses penyembuhan kulit
Radang
|
Poliferasi
|
Cicatrik
|
|
Kulit
|
Pada 24 jam pertama akan
mengalami reaksi radang yang mendadak.
Hal-hal di bawah merupakan
kejadian hislogik yang terjadi 48 jam pertama penyembuhan luka.
8 jam, meluasnya area jaringan
yang mengalami nekrosis pada kedua sisi sayatan.
16 jam epitelium yang terletak
antara jaringan yang masih hidup dengan jaringan nekrotik mengalami penebalan
24 jam ke 2, epitel yang berasal dari jaringan epitel yang masih hidup dan
berinvasi mendekatkan ke 2 ujungnya.
40 sampai 48 jam kedua, epitel
tersebut akan bertemu dan membuang nekrotik dari lapisan jaringan yang
keraktiosa, lalu keduanya bergabung dan menyatu di bawah luka dengan
memutuskan hubungan pada luka yang bertujuan mengeluarkan perompeng.
|
Setelah 3-9 hari epitel akan
menutup kembali keratin dan meluasnya permukaan luka yang berkembang.
Epidermis yang berhubungan dengan
selokan berkurang karena mutasi atau perpindahan, dari fibrobast dan terisi
oleh jaringan granulasi, jaringan granulasi tersusun dari epitelialossel.
Fibroblast yang melepaskan
collagen yang digunakan untuk pembentukan bekas luka dan kapiler membantu
terbentuknya jaringan parut yang kemerahan.
Jarinan garnulasi akan terbentuk berdasarkan terjadinya luka.
Sebelum permukaan epitel tersebut terbentuk, jaringan granulasi yang baru
bergabung dengan fibroblast dan kapiler akan berangsur pulih.
Lalu secara berangsur-angsur akan terjadi konstruksi pada luka
dipermukaan epitelium.
|
Merupakan fase pembentukan jaringan parut permanen jaringan parut
tersebut akan berkonstruksi dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya akan
dilenyapkan, sehingga jaringan parut berubah putih, colagen menjadi kuat,
bekas luka tidak bisa dihilangkan. Berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan
|
Tabel 2.8
Tahap-tahap atau proses penyembuhan jaringan lunak
Jaringan lunak
|
|
Peradangan
|
Siklus
perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan mengakibatkan merusak sel karena
trauma, infeksi, ischemia, sekunder atau agen fisik.
Reaksi radang
untuk memulai proses healing, tetapi proses healing tidak terjadi sampai
reaksi peradangan reda.
Dengan
dimulainya respon peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat
Dalam
persendian dan struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada reaksi
yang berlebihan, synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan akhirnya
proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi.
Jaringan lunak
lainnya reaksi salah satunya adalah oedem dan kadang disertai hemorage.
Perubahan ini
membuat peradangan mengarah pada nyeri dan protektif spastik
|
Pembekuan
|
Dengan adanya
luka yang diikuti pendarahan dan vasokontriksi pada pembuluh darah.
Mekanisme pembekuan, biasanya selesai selama 5
menit tetapi dapat memakan 24 sampai 38 jam
Tromboplastin, tromboplastin (plasma protein)
menjadi trombin dibantu enzim trombo plastin dan lonca trombin serta
fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang akhirnya fibrin bersama platelest
menjadi bekuan darah.
|
Reconstitution
of communty
|
Dengan
istirahat dan terapi yang adekuat akan mempercepat penanganan sehingga respon
penyembuhan dapat terjadi.
Berpengaruh
terhadap perbaikan, regenerasi, hypertrophy, pengurangan nyeri, pengembalian
ROM, menjadikan jaringan normal, perbaikan kekuatan, perbaikan pola gerakan
normal
|
Tabel 2.9 Tahap-tahap atau proses penyembuhan syaraf
Syaraf
|
Jaringan lunak
|
Proses penyembuhan neufibril
bagian proksimal cidera menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari
selubung chutan terus berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling
protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi
syaraf akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri
pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik
pembedahan, lama waktu penyembuhan
|
3.
Gejala dan Tanda Klinik
Pada kondisi post operasi fraktur
femur sepertiga medial dextra maka akan timbul gejala-gejala sebagai
berikut, yaitu:
- Permasalahan pada saluran pernafasanAnastesi yang digunakan saat operasi bersifat sebagai zat iritan sebagai reflek batuk tertekan dan karenanya pengeluaran sekresi menjadi sulit. Karena lemahnya reflek batuk dan sistem sekresi karena tindakan pembiusan menyebabkan pasien mengantuk dan lemah sehingga proses pembuangan sekresi terganggu.
- Nyeri, ditimbulkan oleh rangsangan respon sensorik tubuh oleh karena kerusakan jaringan (sekitar bekas operasi tungkai kanan) dapat disebabkan juga karena adanya oedema.
- Bengkak, timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri yang menyertai pelaksanaan operasi sehingga aliran darah menuju jantung tidak lancar, maka timbul bengkak di sekitar incisi.
- Eritema, adanya warna kemerahan pada kulit di daerah yang terinfeksi disebabkan adanya pembengkakan. Jumlah cairan darah di bawah secara berlebihan akibat rusaknya pembuluh darah.
- Peningkatan suhu lokal, peningkatan suhu atau panas yang terjadi bersamaan dengan kemerahan, dalam keadaan normal suhu kira-kira 37oC kaki pada daerah yang ada fiksasi atau bekas operasi menjadi lebih panas.
Komplikasi
Ronald (1994) mengemukakan bahwa komplikasi fraktur yang berkenaan dengan
kasus ini, antara lain : 1) Non union,
yaitu ketidaksambungan tulang, 2) Mal
union, adalah penyambungan tulang yang tidak sempurna, 3) Delayed Union ,
adalah keterlambatan penyambungan tulang, 4) Sepsis atau ikut teralirnya suatu baksil pada sirkulasi darah
sehinga menyebabkan infeksi, 5) Stiff
Joint atau kekuatan pada sendi.
Bagaimana fraktur terjadi?
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma tunggal, 2) Tekanan yang
berulang-ulang, atau 3) kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).
Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, pemuntiran atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena, jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukuan (pukuran sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur kominutif disertai kerusakan jaringan
lunak yang luas (Appley, 1995).
Bila terkena kekuatan yang tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur
pada tempat tang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada (Appley, 1995).
Kekuatan dapat berup: 1) pemuntiran, yang menyebabkan fraktur spinal; 2)
penekukan, yang menyebabkan fraktur melintang; 3) penekukan dan penekanan, yang
mengakibatkan fraktur yang sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu-kupu
berbentuk segitiga yang terpisah; (4) kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan
penekanan, yang menyebabkan fraktur oblik pendek, atau 5) penarikan, dimana
tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai terpisah (Appley, 1995).
Jenis-jenis Fraktur
1)
Berdasarkan dengan dunia luar
a.
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit dan relatif lebih aman.
b.
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, sehingga fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi osteomielitis.
Fraktur terbuka dibagi menjadi
3 grade, yaitu:
Grade 1: terobeknya kulit dengan sedikit kerusakan jaringan
Grade 2: seperti grade 1 dengan memar pada kulit dan otot
Grade 3: luka sebesar 6-8 cm
dengan kerusakan pembuluh darah, saraf, otot dan kulit.
2)
Berdasarkan bentuk patah tulang
a.
Fraktur complete yaitu
pemisahan tulang menjadi 2 fragmen
b.
Fraktur
incomplete yaitu patah bagian dari tulang tanpa adanya pemisahan.
c.
Fraktur comminate
yaitu fraktur lebih dari 1 garis fraktur, fragmen tulang patah menjadi
beberapa bagian.
d.
Impacted fraktur yaitu
salah satu ujung tulang menancap ke tulang didekatnya
3)
Berdasarkan garis patahnya
a.
Green stick yaitu
retak pada sebelah sisi tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
b.
Transverse yaitu
patah tulang pada posisi melintang.
c.
Longitudinal yaitu
patah tulang pada posisi memanjang
d.
Oblique yaitu
garis patah miring
e. Spiral
yaitu garis patah
melingkar tulang
0 komentar:
Posting Komentar