PEDOMAN PENULISAN
KARYA ILMIAH
(LAPORAN
PENELITIAN)
1. Sikap Ilmiah
Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuah macam sikap ilmiah itu adalah (1) sikap ingin tahu, (2) sikap kritis, (3) sikap terbuka, (4) sikap objektif, (5) sikap rela menghargai karya orang lain, (6) sikap berani mempertahankan kebenaran, dan (7) sikap menjangkau ke depan (Brotowidjoyo, 1985:33-34).
2. Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan Pembentukan Istilah.
3. Jenis Karya Ilmiah
Berdasarkan
tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan
penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5) disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan
studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa kajian
pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.
Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat setelah seseorang
melakukan penelitian, pengamatan,
wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan
jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk
memperoleh gelar sarjana; tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk
memperoleh gelar magister; dan disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga
(S3) untuk memperoleh gelar doktor. Namun, untuk keperluan diklat ini,
pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.
4. Sistematika Laporan Penelitian
Komponen-komponen penting dalam laporan penelitian dan muatan tiap-tiap
bagian disusun dengan urutan sebagai berikut.
(1) Bagian
awal
(a)
Halaman sampul/judul
(b)
Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c)
Abstrak
(d)
Kata pengantar
(e)
Daftar isi
(f)
Daftar tabel (jika ada)
(g)
Daftar gambar (jika ada)
(2) Bagian
pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat penelitian)
(b)
Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan pengajuan
hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode
penelitian
(d) Hasil
penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(c)
Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3)
Bagian akhir
(a) Daftar
pustaka
(b)
Lampiran-lampiran (jika ada)
5. Cara Penulisan Karya Ilmiah
5.1 Topik dan Judul
Kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum
menulis adalah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan
terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan. Dalam memilih topik perlu
dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan
cukup memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Contoh: “Usaha kecil dan menengah” (terlalu luas)
“Pengembangan usaha kecil
dan menengah” (terbatas)
Setelah diperoleh topik, dalam pelaksanaannya
topik yang dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul. Topik ialah pokok
pembicaraan dalam keseluruahan karangan yang akan digarap, sedangkan judul
adalah nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik
mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga tidak, misalnya dalan karya
sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya.
Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
(1) judul harus sesuai dengan topik atau isi
karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa, bukan kalimat,
Contoh:
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ( baik)
Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta Perlu
Dikembangkan (tidak baik)
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.
5.2 Abstrak
Abstrak berisi intisari menyeluruh tentang
isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan rumusan hasil/temuan.
Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah, abstrak cukup satu
paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas tiga paragraf yang
masing-masing memuat hal-hal di atas.
5.3 Kata Pengantar
Kata pengantar berisi puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara
langsung atau tidak langsung berperan dalam kegiatan penulisan tersebut, dan
permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan.
5.4 Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi menyadarkan pembaca
akan pentingnya topik yang dibahas sehingga pembaca merasa perlu mengetahui
topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh karena itu, dalam pendahuluan
perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.
5.5 Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik
Pengertian kajian pustaka dan
kerangka teoretik itu berbeda. Kajian pustaka berisi pembahasan tentang
kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian, sedangkan
kerangka teoretik adalah seperangkat teori yang dipakai sebagai landasan
penelitian. Oleh karena itu, pemecahan masalah penelitian harus berlandaskan pada
teori dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas. Dari kajian itu didapatkan jawaban sementara atas
permasalahan yang telah dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut
hipotesis.
5.6 Metode Penelitian
Setelah kajian
teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan metode yang dipakai
dalam penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi apa atau siapa yang
diteliti, bagaimana memilih sampel dari populasinya, data apa saja yang harus
dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik analisis data yang manakah yang
digunakan.
5.7 Pembahasan
Bagian ini berisi analisis, pembahasan, dan
pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh sangat
mendukung kesahihan hasil analisis. Dan, kecermatan analisis dan pemaknaan data
sangat menentukan kualitas hasil kajian.
5.8 Simpulan
Simpulan merupakan hasil yang diperoleh dari
pembahasan masalah sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, simpulan
harus menjawab permasalahan dan harus sesuai dengan tujuan.
6. Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan
yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah meliputi (1) penggunaan
kertas, (2) teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau
referensi, dan (5) penulisan daftar pustaka.
6.1
Penggunaan Kertas
Kertas
yang dipakai adalah kertas HVS, berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran
kuato (21.5 x 28 cm). Naskah ditulis pada satu sisi.
6.2 Teknik
Pengetikan
1) Penggunaan
Huruf
Naskah
karya ilmiah diketik dengan huruf standar (Times New Roman 12) dan
dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2) Jarak Spasi
Jarak antarbaris
adalah satu setengah spasi, kecuali abstrak, terusan nama bab, terusan nama
judul tabel, terusan nama judul grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih
dari empat baris harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris
pada setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan
antarsumber dalam daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.
3) Batas Tepi
Pengetikan
Batas tepi
pengetikan adalah sebagai berikut.
(1) Tepi atas : 4 cm
(2) Tepi bawah
: 3 cm
(3) Tepi kiri : 4 cm
(4) Tepi kanan : 3 cm
4) Penulisan
Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul,
bab, subbab, dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)
Judul dan bab ditulis dengan huruf kapital semua, tidak
diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi tengah. Nomor bab ditulis
dengan angka romawi.
(2)
Penulisan subjudul, subbab, dan anak subbab
menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan
dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah serta tidak
diakhiri tanda baca apa pun.
5) Penulisan
Paragraf Baru
Penulisan
paragraf baru dimulai setelah ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem
lurus, tetapi harus diberi jarak spasi dua kali lipat.
6) Penulisan
Nama
Penulisan
nama pengarang, baik yang diacu dalam tubuh karangan maupun yang dicantumkan
pada daftar pustaka mengikuti ketentuan berikut ini.
(1)
Nama pengarang yang diacu dalam tubuh tulisan hanya
ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis hanya “Sudargo”.
(2)
Pada daftar pustaka, nama yang terdiri atas dua penggal
nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda koma dan diikuti
nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi “Sudargo, Ahmad”.
(3)
Pengarang buku yang terdiri atas dua orang ditulis
secara lengkap.
(4)
Pengarang buku yang lebih dari tiga orang ditulis nama
pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
(5)
Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis tidak
dicantumkan.
7) Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan tabel dan grafik
mengikuti ketentuan berikut.
(1)
Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
(2)
Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas
tabel.
(3)
Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah
grafik.
(4) Penulisan
judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
(5)
Penulisan nomor urut tabel menggunakan angka Arab,
sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka Romawi.
6.3 Sistematika
Penomoran
Sistematika
penomoran mengikuti ketentuan berikut.
(1) Penomoran
bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara Pertama
Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf
kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk
anak-anak subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:
BAB III
A.
B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
C. dst.
Cara kedua
Sistem angka
penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), kemudian menggunakan
angka arab semua, dan seterusnya.
Contoh:
BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dst.
(2)
Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka
arab.
(3)
Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul,
halaman pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi kecil ( i,
ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada bagian bawah tengah.
(4)
Penulisan daftar pustaka tidak diperbolehkan
menggunakan nomor.
(5)
Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi
dituliskan di tepi sebelah kanan sesuai
dengan penulisan bab atausubbab yang bersangkutan.
6.4 Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber
atau referensi bacaan yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti
ketentuan berikut.
(1)
Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada
akhir kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor
halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan,
sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:
(2)
Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu,
sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor
halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat
adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis
dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
6.5
Penulisan Daftar Pustaka
(1) daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustka disusun
secara alfabetis (menurut abjad),
(3) gelar penulis tidak
dicantumkan.
Daftar pustaka
dapat berupa penulisan buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.
1) Buku
Penulisan
buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2)
tahun penerbitan, (3) judul buku, (4)
tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan
tanda “titik”, kecuali di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan
tanda “titik dua”. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis
dengan huruf kapital, kecuali kata depan.
Contoh
penulisan buku dengan seorang pengarang
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar
Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Contoh
penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.
Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia . Jakarta : Erlangga.
Contoh
penulisan buku lebih dari tiga orang
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
2) Artikel
Penulisan
artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama pengarang, (2) tahun
penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume atau halaman
dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel
ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara
satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama majalah,
di antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di
antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.
Contoh penulisan artikel dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82.
Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta .
3) Penerbitan Pemerintah,
Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar
pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan
organisasi lainnya menggunakan urutan:
(1) lembaga yang bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun
penerbitan, (3) judul tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
Jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
7. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia
ragam ilmiah adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk
mengomonikasikan ilmu pengetahuan.
Ragam bahasa ilmiah tersebut
memiliki sifat-sifat berikut.
(1) Ragam bahasa ilmiah
termasuk ragam bahasa baku .
Oleh karena itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku , yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan
kalimat yang baku
atau sudah dibakukan.
(2) Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan
kata-kata istilah. Kata-kata tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan
dalam arti konotatif.
(3) Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang
efektif, yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau
penulis, dan dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
(4) Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran
daripada dengan perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
(5) Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik
dalam kalimat maupun dalam paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan
paragraf yang lain bersifat padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat
penghubung, seperti kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata
atau frasa, penggantian, dll.
(6)
Hubungan semantis antara unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang
bermakna ganda atau ambiguous harus
dihindari.
(7) Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif
peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
(8)
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan,
tanda-tanda, dan kata ganti diri.
Daftar Pustaka
Akhadiah,
Sabarti., Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia .
Jakarta :
Erlangga.
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia .
Jakarta : Balai
Pustaka.
Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan
Karangan Ilmiah. Jakarta :
Grasindo.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Effendi, S. 1987. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Parera, J.D. 1982. Menulis Tertib dan Sistematis.
Jakarta :
Erlangga.
Ramlan,M. dkk. 1992. Bahasa
Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta :
Andi Offset.
Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta : Ekonisia.
Sugono,
Dendi. 1997. Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta :
Puspa Swara.
0 komentar:
Posting Komentar