(Sukardi, 2003), yaitu: Tehnik sampling merupakan
tehnik dalam pengambilan sampling (). Pada dasarnya tehnik sampling
dikelompokkan menjadi 2
- Probability Sampling
Probability
sampling adalah tehnik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(). Pemilihan sampel dengan cara probabilitas (probability) ini sangat
dianjurkan pada penelitian kuantitatif.
Dalam
Probability sampling, ada 4 macam tehnik yang dapat digunakan (Sukardi, 2003),
antara lain:
a.
Sampling acak (random sampling)
Sampling
acak adalah sampling dimana eleman-eleman sampelnya ditentuka atau dipilih
berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya dilakukan secara acak
(Supranto, 1998). Sampling acak ini mempunyai kelemahan (Nasution, 2003), antara
lain: sampling jenis ini sukar atau sulit, ada kalanya tidak mungkin memperoleh
data lengkap tentang keseluruhan populasi. Sedangkan ciri sampling acakan
yaitu, setiap unsure dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih (Nasution, 2003).
Dalam
penelitian hal penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan responden yang
akan dijadikan sempel, makaa peneliti harus mengetahui jumlah responden yang
ada dalam populasi. Tehnik memilih sampling acak ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara (Sukardi,2003), antara lain:
1. Cara manual atau tradisional
Cara manual
atau tradisional ini dapat dilihat dalam kumpulan ibu-ibu arisan. Cara ini
dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
- Tentukan jumlah populasi yang dapat ditemui
- Daftar semua anggota dalam populasi dan masukkan dalam kotak yang diberi lubang penarikan
- Kocok kotak tersebut dan keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah dibuat
- Nomor anggota yang dikeluarkan adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel penelitian
- Lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan dapat dicapai
2. Menggunakan tabel random
Sampling
acakan dengan menggunakan tabel ini mudah dilaksanakan, selain itu sampel yang
diperoleh cukup presentatif asal populasi yang sesungguhnya telah diketahui.
Langkah-langkah yang digunakan untuk memilih sampel, (Sukardi, 2003) yaitu:
- Identifikasi jumlah total populasi
- Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
- Daftar semua anggota dengan nomor kode yang diminta
- Pilih secara acak dengan menggunakan penunjuk pada angga yang ada didalam tabel
- Pada angka-angka yang dipilih, lihat hanya angka digit yang tepat yang dipilih
- Jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam dalam sampel
- Gerakan penunjuk dalam kolom atau angka, ulangi terus hingga jumlaj sampel yang diinginkan tercapai
- Membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain penelitian
Langkah-langkah
dalam penarikan sampel adalah menetapkan cirri-ciri populasiyang menjadi
sasarandan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan sampel
dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai populasi
tersebut. Dalam teknik acak ini ada beberapa macam sampling acak (Nana Syaodih,
2009), yaitu:
1.
Sampling Acakan yang Sederhana (Simple random sampling)
Dalam
pengambilan acakan sederhana (Simple random sampling) seluruh
individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas
dipilih sebagai anggota sampel. Setiap individu memiliki peluang yg sama untuk
diambil sebagai sampel, krena individu-individu tersebut memiliki karakteristik
yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan
individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lain.
2.
Sampling Acakan dengan Stratifikasi (Stratified random sampling)
Populasi biasanya
perlu digolongkan menurut ciri (stratifikasi) tertentu untuk keperluan
penelitian. Missal, menjadikan buruh suatu pabrik besar sebagai populasi dan
populasi ini distratifikasikan menurut usia <20 tahun, 21-30 tahun, 31-40
tahun, 41-50 tahun, dan >50 tahun.
Untuk lebih
sederhana, dapat diatur tiap jumlah golongan atau kategori sehingga berjumlah
1000 orang, sedangkan proporsi dipilih sebanyak 100 orang atau 10 persen.
Usia Buruh
|
Jumlah
|
Proporsi sampel
|
Sampel
|
< 20 tahun
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50 atau lebih
|
100
200
300
300
100
|
10%
20%
30%
30%
10%
|
10
20
30
30
10
|
Jumlah
|
1000
|
100%
|
100
|
Setelah kita melakukan stratifikasi atau penggolongan
menurut cirri baru kemudian kita menentuka sampel setiap golongan secara acak
3. Sampling acakan secara proporsional (Proportionate stratified random sampling)
4. Sampling acakan secara tak proporsional
menurut stratifikasi (disproportionate
stratified random sampling)
Sampling ini hampir sama dengan sampling stratifikasi,
bedanya proporsi subkategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang
sebenarnya dalam populasi. Hal ini
dilakukan karena subkategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya.
Misal, kita mengambil populasi tenaga pengajar yang terdiri atas guru besar,
lector kepala, lector, lector muda, dan asisten. Sampel dapat diambil secara
merata yakni untuk masing-masing kategori 1/5 atau 20 persen.
Maka
peneliti menentukan sampel atas pertimbangan proporsi yang dianggapnya lebih
representatif misalnya:
Guru besar 10%
Lektor
kepala 20%
Lektor 25%
Lektor muda 25%
Asisten 20%
Bila jumlah
sampel cukup besar, maka kepincangan sampling dengan sendirinya teratasi.
Sampling ini tidak memakan banyak waktu dibandingkan dengan sampling secara
proporsional. Sedangkan kelemahan sampling jenis adalah proporsi tiap kategori
yang sebenarnya menurut populasi jadi terganggu.
5.
Sampling Acak Klaster-Berstrata (stratified-cluster)
Random ini
merupakan gabungan atau perpaduan dari cara pengambilan sampel acak berstrata
dengan sampel acak cluster. Setiap populasi memiliki karakteristik yang
berbeda. Populasi yang memiliki strata saja terjadi karena peneliti sendiri
sudah membatasi populasinya pada klaster tertentu tapi klaster ini masih cukup
luas. Contoh: perajin rotan,
petani yang memiliki sawah dan SMA di perkotaan. Sedangkan populasi yang
memiliki klaster saja karena peneliti telah membatasi pada strata tertentu.
Contoh: populasi guru-guru lulusan D3 atau S1 saja. Pengambilan sampel secara acak klaster-berstrata
harus tetap memperhatikan syarat acak atau karakteristik yang sama.
b.
Tehnik Klaser/Sampling Daerah/Area
sampling (Cluster sampling)
Area
sampling ini merupakan
sampling menurut daerah atau pengelompokannya (Nasution, 2003). Tehnik
klaser ini memilih sample berdasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok
subjek secara alami berkumpul bersama. Langkah-langkah dalam menggunakan teknik
klaser (Sukardi, 2003), yaitu:
v Identifikasi populasi yang hendak
digunakan dalam studi
v Tentukan besar sampel yang digunakan
v Tentukan dasar logika untuk menentukan
klaser
v Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang
ada pada setiap klaser
v Daftar semua objek dalam setiap klaser
dengan membagi antara jumlah sampel dengan jumlah klaser yang ada
v Secara random, pilih jumlah anggota sampel
yang diinginkan untuk setiap klaser
v Jumlah sampel adalah jumlah klaser
dikalikan jumlah anggota populasiper klaser
Teknik
klaser atau yang sering disebut dengan area sampling ini mempunyai beberapa
keuntgungan dan kelemahan (Nasution, 2003), antara lain:
·
Keuntungan:
1. teknik ini dapat digunakan peneliti yang
melibatkan jumlah populasi yang besar dan tersebar didaerah yang luas,
2. pelaksanaanya lebih mudah, biaya yang
digunakan lebih murah kerana berpusat pada daerah yang terbatas,
3. generalisasi yang diperoleh berdasarkan
penelitian daerah-daerah tertentu dapat berlaku pada daerah-daerah diluar
sampel.
·
Kelemahan:
jumlah individu dalam setiap daerah tidak sama
c.
Teknik secara stratifikasi
Teknik
stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika peneliti mengetahui bahwa
kondisi populasi terdiri atas beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau
lapisan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan teknik stratifikasi
dapat ditingkatkan dengan menggunakan proporsional besar kecilnya anggota
lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anggota populasi
dalam lapisan yang ada. Teknik stratifikasi ini mempunyai beberapa langkah
(Sukardi, 2003), yaitu:
- Identifikasi jumlah total populasi
- Tentukan jumlah sampel yang diinginkan
- Daftar semua anggota yang termasuk sebagai populasi
- Pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki
- Pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang telah dilakukan dalam teknik random diatas
- Lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada, sampai jumlah sampel yang ada
d.
Teknik secara sistematis (systematic
sampling)
Teknik pemilihan sampel ini
menggunakan prinsip proporsional, dengan cara menentukan pilihan sampel pada
setiap 1/k dimana k adalah suatu angka pembagi yang telah ditentukan (misal:
5,6 atau 10). Pada teknik secara sistematis ini mempunyai beberapa langkah
dalam memilih sampel (Sukardi, 2003), antara lain:
- Identifikasi total populasi yang akan digunakan dalam proses penelitian
- Daftar semua anggota populasi
- Berikan nomor kode untuk setiap anggota populasi
- Tentukan besarnya jumlah sampel yang ada
- Tentukan proporsional sistematis k yang besarnya sama dengan jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel
- Mulai dengan mengacak anggota populasi
- Ambil setiap k terpilih untuk menjadi anggota cuplikan, samapi jumlah total terpenuhi
- Non Probability Sampling
Tehnik non
probability sampling merupakan cara pengambilan sampel yang pada prinsipnya
menggunakan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti. Tehnik ini
dapat dalakukan dengan mudah dalam waktu yang sangat singkat. Tapi kelemahan
tehnik ini adalah hasilnya tidak dapat diterima dan berlaku bagi seluruh
populasi, karena sebagian besar dari populasi tidak dilibatkan dalam penelitian
(Nasution, 2003). Dalam tehnik non probability sampling ini ada 4 macam tehnik
memilih sampel (Nasution, 2003), yaitu:
a. Tehnik memilih sampel secara kebetulan (accidental sampling)
Tehnik ini dikatakan secara kebetulan karena
peneliti memang sengaja memilih sampel kepada siapapun yang ditemui peneliti
atau by accident pada tempat, waktu, dan cara yang telah ditentukan (Sukardi,
2003). Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang
kebetulan ada (Nasution, 2003). Misal, menanyakan setiap orang yang dijumpai
ditengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang kenaikan harga. Teknik ini
juga mempunyai kelebihan, metode ini sangat mudah, murah, dan cepat untuk
dilakukan. Sedangkan kekurangan teknik ini adalah sampel ini sama sekali tidak
representatif tentu saja tak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat
generalisasi.
Teknik ini
mempunyai kekurangan dan kelebihan, kelebihan dari tehnik ini adalah mudah
untuk dilakukan dan mudah memperoleh informasi yang diinginkan, sedangkan
kekurangan dari tehnik ini jika orang yang lewat bukan orang yang diharapkan
dipilih sabagai sampel, sehingga akan terjadi bias responden dan bias informasi.
Misal, seorang peneliti berdiri didepan pintu gerbang sekolah dan menanyai
setiap siswa yang kebetulan lewat pintu tersebut antara jam 08.00-10.00 pagi
dan dilakukan berulang-ulang beberapa hari sampai akhirnya informasi yang
dicari telah tercapai.
b. Teknik Sampling sistematis
Sampling sistematis yaitu memilih sampel dari suatu
daftar menurut urutan tertentu (Nasution, 2003). Misal, tiap individu yang
ke-10 atau ke-n dalam anggota perkumpulan buruh. Cara menentukan daftar
individu, yaitu:
- Tentuka besar sampel yang diinginkan
- Silidiki jumlah populasi, yaitu nama atau data pada daftar itu
- Untuk menarik nama pertama cabut suatu nomor secara acakan
- Sebagai variasi dapat kita lakukan sebagai berikut, setelah memperoleh sejumlah individu tertentu, kita ambil lagi suatu nomor baru secara acak untuk memilih jumlah orang berikutnya dan seterusnya sampai tercapai jumlah sampel yang diinginkan.
- Sampling sistematis ini mempunyai keuntungan dan kekurangan (Nasution, 2003), yaitu:
- Keuntungan, cara ini mudah dalam pelaksanaannya dan cepat diselesaikan serta kesalahan tentang memilih individu mudah diketahui dan tidak mempengaruhi hasil
- Kerugian, bahwa individu yang berada diantara yang kesekian dan kesekian dikesampingkan, sehingga cara ini tidak sebaik sampling acakan.
c. Memilih sampel dengan tehnik bertujuan (purposive sampling)
Penelitian
tertentu dilakukan secara intensif untuk memperoleh gambaran utuh tentang suatu
kasus. Tehnik ini biasanya dilakukan dalam penelitian kualitatif, penelitian
ini bertujuan mempelajari kasus-kasus tertentu. Misal, para peneliti memilih
para pedagang tertentu untuk memperoleh
informasi tentang macam-macam harga barang. Teknik ini mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan, (Nasution, 2003), yaitu:
·
Kelebihan,
» Sampel
ini dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian
» Cara ini
relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan
» Sampel
yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan penelitian dapat didekati
·
Kelkurangan,
» Tidak ada
jaminan sepenuhnya bahwa sempel itu representatif seperti halnya dengan sampel
acakan atau random
» Setiap
sampling yang acakan atau random yang tidak memberikan kesempatan yang sama
untuk dipilih kepada semua anggota populasi
» Tidak
dapat dipakai penggolongan statistik guna mengambil kesimpulan
d. Memilih sampel dengan kuota atau jatah
(Quota sampling)
Sampling
kuota ini merupakan metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu
dalam jumlah atau kuota yang diinginkan (Nasution, 2003). Misalnya, peneliti
ingin mengetahui kinerja suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah. Teknik ini
juga mempunyai kekurangan dan kelebihan (Nasution, 2003), yaitu:
·
Kelebihan,
» Dalam pelaksanaannya mudah, murah, dan cepat
» Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tak dapat dipandang
sebagai generalisai umum
» Dalam sampel dapat dengan sengaja kita masukan orang-orang yang mempunyai
ciri-ciri yang kita inginkan
·
Kekurangan,
»
kecenderungan memilih orang yang mungkin didekati bahkan yang dekat pada kita
yang mungkin ada biasanya
» memiliki
ciri yang tidak dimiliki populasi dalam keseluruhannya
e. Memilih sampel dengan cara ”getok tular” (snowball sampling)
Sampling ini digunakan untuyk
menyelidiki hubungan antar manusia dalam kelompok yang akrab atau menyelidiki
cara-cara informasi tersebar dikalangan tertentu (Nasution, 2003). Misal,
dokter mengetahui tentang pemakaian obat. Sampling ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Nasution, 2003), yaitu:
v Kelebihan,
» Sampling ini digunakan untuk meneliti penyebaran informasi tertentu
dikalangan kelompok terbatas sampling serupa ini sangat bermanfaat
v Kekurangan,
» Dalam penentuan kelompok bermula ada unsur subyektif , jadi tidak dipilih
secara random atau acak
»
Penanganannya sukar sekali dikendalikan jika jumlah sampel melebihi 100 orang
f. Sampling jenuh dan padat
Sampling
dikatakan jenuh (tuntas) bila seluruh populasi dijadikan sampel (Nasution,
2003). Misal, semua guru disuatu sekolah. Sedangkan dikatakan padat bila jumlah
sampel lebih dari setengah dari populasi (Nasution, 2003), misalnya 250-300
orang dari populasi 500 orang. Sampling jenuh baik digunakan jika julah
populasinya dibawah 1000 orang. tapi, apabila jumlah samplingnya lebih dari
1000 orang maka sampling jenuh tidak praktis lagi dikarenakan biaya dan waktu
yang digunakan sangat banyak.
B. UKURAN SAMPEL
- Pertimbangan
Ketepatan
jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat mempengaruhi
keterwakilan (representativeness)
sampel terhadap populasi. Keterwakilan
populasi akan sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari hasil penelitian. Semakin
besar ukuran sampel akan semakin mewakili populasi (Nana Syaodih Sukmadinata,
2005). Biasanya para peneliti ingin bekerja dengan sampel sekecil mungkin,
karena semakin besar jumlah sampel yang digunakan maka akan semakin besar pula biaya
yang akan dikeluarkan, makin banyak tenaga yang digunakan dan semakin lama
waktu yang diperlukan.
Dalam
pengambilan sampel dibutuhkan sebuah pertimbangan dari berbagai aspek diatas,
sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diteliti dan lebih
efisien. Contoh ukuran sampel melalui pertimbangan, antara lain:
- Dalam penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar,
- Dalam penelitian kausal komperatif dan eksperimental, 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai
- Dalam penelitian survei, sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru cukup memadai
- Kebutuhan
Sampel Besar
a.
Jika terdapat sejumlah variabel yang tidak
bisa dikontrol.
Dalam
variabel yang tidak dapat dikontrol, para peneliti mengatasinya dengan sampel
besar (Nana Syaodih sukmadinata, 2009). Contoh: Penelitian tentang dampak
pembelajaran dengan menggunakan website tehadap pengembangan kreatifitas siswa
SMA. Dalam penelitian tersebut meneliti dampak dari macam-macam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan website, pengembangan kegiatan dan penemuan hal
baru. Dari beberapa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan website akan
terlibat beberapa faktor atau variabel lain seperti: kecerdasan, kematangan,
jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi,dll. penelitian dengan sampel
besar memungkinkan mengadakan analisis yang berkenaan dengan faktor-faktor
tersebut.
b.
Jika dalam penelitian terantisipasi adanya
hubungan atau perbedaan yang kecil.
Adanya
perbedaan atau hubungan yang kecil bisa terabaikan jika ukuran sampelnya kecil.
Dengan menggunakan sampel besar, perbedaan atau hubunga-hubungan yang kecil
dapat terukur kebermaknaannya (signifikansinya). Contoh: penelitian tentang
perbedaan pengaruh penggunaan media terhadap prestasi belajar para siswa di
SMP. Jika sampelnya kecil tidak akan ditemukan adanya perbedaan pengaruh, tapi
jika menggunakan sampel besar kemungkinan akan ditemukan adanya perbedaan.
c.
Jika dalam penelitian dibentuk
kelompok-kelompok kecil.
Dalam
beberapa penelitian eksperimental, tujuan penelitian tidak hanya diarahkan pada
penguji perbedaan pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan tapi, juga
menguji perbedaan pengaruh satu atau lebih perlakuan tersebut terhadap beberapa
kelompok yang berbeda (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).
d.
Menghindari penyusutan
Dalam
proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin panjang masa
penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah sampel semakin
besar. Untuk menghindari dampak penyusutan tersebut maka diperlukan jumlah
sampel yang besar. Upaya untuk mengurangi penyusutan antara lain:
·
tekankan
pada subjek sampel bahwa mereka jangan sampai mundur di tengah jalan
·
tegaskan
pentingnya penelitian
·
sebelum
mulai berpartisipasi mintalah kesediaan mereka untuk ikut sampai tuntas.
·
adakan
kontak secara teratur untuk memelihara hubungan dan minat mereka
e.
Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan
secara statistik dipenuhi.
Dalam
analisis statistik pengujian instrumen dan pengujian hipotesis dituntut tingkat
kepercayaan tertentu minimal 95% atau alpha 5% tapi lebih baik kalau
kepercayaan 99% atau alpha 1%. Untuk itu dalam mencapai tingkat kepercayaan
tersebut dituntut sampel yang besar.
f.
Jika dalam penelitian dihadapkan pada
populasi yang sangat heterogen
Dalam
penelitian diharapakan populasi yang heterogen sehingga sampel acak yang
sederhana dapat segera ditemukan. Contoh: populasi siswa, kita akan berhadapan
dengan perbedaan jenis sekolah, tingkat kelas, jurusan, usia, jenis kelamin,
tingkat kederdasan, minat, hobi ,dll. penggunaan sampel yang besar memberikan
kemungkinan untuk dapat memperhatikan perbedaan dalam variabel-variabel
tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).
g.
Jika reliabilitas dari variabel bebas
tidak terjamin
Dalam
penelitian tidak selalu reliabilitas atau ketepatan hasil penelitian itu bisa
dijamin. Hal ini dikarenakan karakteristik variabel itu sendiri. Untuk
mengurangii dampak reliabilitas yang rendah dari variabel tersebut diperlukan
sampel berukuran besar.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Supranto.1998. Teknik Sampling untuk Survei dan
Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nana Syaodih Sukmadinat. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
0 komentar:
Posting Komentar